Minggu, 04 Desember 2016

contoh makalah pertummbuhan mikroba



BAB I
PENDAHULUAN
 

Artinya : “Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan-Nya, dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya”. (Q.S. Al-Furqon : 2)
A.     Latar Belakang
                 Mikrobiologi adalah ilmu pengetahuan mengenai organisme hidup yang berukuran mikroskopis dikenal dengan mikroorganisme atau jasad renik yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Mikroorganisme sangat erat kaitanya dengan kehidupan manusia, beberapa diantaranya merugikan karena menyebabkan penyakit dan beberapa juga bermanfaat misalnya terlibat dalam pembuatan anggur, keju, yogurt, produksi insulin, serta proses perlakuan yang berkaitan pembuangan limbah (Pelczar, 2007). Semenjak mikroorganisme dipastikan menjadi penyebab timbulnya penyakit tertentu dan juga bermanfaat bagi kehidupan, banyak penelitian yang dilakukan melalui prosedur laboratorium. Penelitian dilakukan dengan cara membiakan atau menumbuhkan mikroorganisme, guna mempelajari sifat-sifat yang dimiliki oleh mikroorganisme dengan menggunakan media pertumbuhan.
                 Mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik diperlukan persyaratan antara lain: Media diinkubasikan pada suhu tertentu, kelembapan harus cukup, ph sesuai, dan kadar oksigen cukup baik, media pembenihan harus steril, media tidak mengandung zat-zat penghambat, dan media harus mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan mikroorganisme. Nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme untuk pertumbuhan meliputi karbon, nitrogen, unsur non logam seperti sulfur dan fosfor, unsur logam seperti Ca, Zn, Na, K, Cu, Mn, Mg, dan Fe, vitamin, air, dan energi. Dalam makalah ini akan membahas tentang pertumbuhan mikroba dan macam-macam kebutuhan untuk pertumbuhan mikroba.

B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang menjadi inti pembahasan pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1.    Apa yangdimaksud dengan pertumbuhan mikroba ?
2.    Bagaimana fase-fase pertumbuhan mikroba ?
3.    Apa saja kebutuhan mikroba untuk tumbuh ?
4.    Apa saja kebutuhan fisik mikroba ?
5.    Apa saja kebutuhan kimia mikroba ?
6.    Apa saja kebutuhan biologi mikroba ?
C.    Tujuan
1.    Untuk mengetahui pertumbuhan mikroba.
2.    Untuk mengetahui fase-fase pertumbuhan mikroba.
3.    Untuk mengetahui kebutuhan mikroba untuk tumbuh.
4.    Untuk mengetahui kebutuhan fisik mikroba
5.    Untuk mengetahui kebutuhan kimia mikroba
6.    Untuk mengetahui kebutuhan biologi mikroba

D.    Manfaat
                 Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa calon guru sehingga dapat menambah pengetahuan mengenai metabolisme mikroba, enzim mikroba dan makanan mikroba.


BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pertumbuhan Mikroorganisme
                 Taringan (1988:101) menyatakan bahwa pertumbuhan pada mikroorganisme sedikit berbeda dengan organisme lain yang  menyatakan pertumbuhan dengan pertambahan ukuran atau volume dari mikroorganisme tersebut. Mikroorganisme dikatakan tumbuh, bukanlah sel-selnya bertambah besar atau bertambah panjang, akan tetapi pertambahan jumlah individu-individu sehingga membentuk suatu koloni ataupun suatu populasi yang terdiri dari beratus-ratus sampai beribu-ribu individu. Ukuran sel atau individu tidak banyak berbeda selama hidupnya sel mikroorganisme.
                 Populasi mikroorganisme dapat menjadi besar sekali dalam jangka waktu yang relatif singkat dan pertumbuhan mikroorganisme yang tidak dapat dikendalikan, akan menyebabkan penyakit-penyakit yang serius dan juga dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan atau pembusukan pada bahan-bahan makanan.  Syarat mikroba tumbuh antara lain :
1.    Ada sel hidup
2.    Ada sumber energi
3.    Ada nutrisi dan faktor pertumbuhan
4.    Tidak ada inhibitor atau toksin
5.    Kondisi fisika-kimia yang mendukung

B.    Fase-Fase Pertumbuhan Mikroorganisme
Ada 4 fase kurva pertumbuhan mikroorganisme , yaitu :
1.    Fase  lag
2.    Fase log
3.    Fase stationer
4.    Fase kematian
Kurva pertumbuhan mikroba :
1.  Fase Lag/Adaptasi.
Jika mikroba dipindahkan ke dalam suatu medium, mula-mula akan mengalami fase adaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungan di sekitarnya. Lamanya fase adaptasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
1)    Medium dan lingkungan pertumbuhan
Jika medium dan lingkungan pertumbuhan sama seperti medium dan lingkungan sebelumnya, mungkin tidak diperlukan waktu adaptasi. Tetapi jika nutrient yangtersedia dan kondisi lingkungan yang baru berbeda dengan sebelumnya,  diperlukan waktu penyesuaian untuk mensintesa enzim-enzim.
2)    Jumlah inokulum
Jumlah awal sel yang semakin tinggi akan mempercepat fase adaptasi.

Fase adaptasi mungkin berjalan lambat karena beberapa sebab, misalnya:
1)    Kultur dipindahkan dari medium yang kaya nutrien ke medium yang kandungan nuriennya terbatas,
2)    Mutan yang baru dipindahkan dari fase statis ke medium baru dengan komposisi sama seperti sebelumnya.
2.  Fase Log/Pertumbuhan Eksponensial.
Pada fase ini mikroba membelah dengan cepat dan konstan mengikuti kurva logaritmik. Pada fase ini kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi oleh medium tempat tumbuhnya seperti pH dan kandungan nutrient, juga kondisi lingkungan termasuk suhu dan kelembaban udara. Pada fase ini mikroba membutuhkan energi lebih banyak dari pada fase lainnya. Pada fase ini kultur paling sensitif terhadap keadaan lingkungan. Akhir fase log, kecepatan pertumbuhan populasi menurun dikarenakan :
1)    Nutrien di dalam medium sudah berkurang.
2)    Adanya hasil metabolisme yang mungkin beracun atau dapat menghambat pertumbuhan mikroba.

3.  Fase Stationer
                        Pada fase ini jumlah populasi sel tetap karena jumlah sel yang tumbuh sama dengan jumlah sel yang mati. Ukuran sel pada fase ini menjadi lebih kecil karena sel tetap membelah meskipun zat-zat nutrisi sudah habis. Karena kekurangan zat nutrisi, sel kemungkinan mempunyai komposisi yang berbeda dengan sel yang tumbuh pada fase logaritmik. Pada fase ini sel-sel lebih tahan terhadap keadaan ekstrim seperti panas, dingin, radiasi, dan bahan-bahan kimia.

4.  Fase Kematian.
Pada fase ini sebagian populasi mikroba mulai mengalami kematian karena beberapa sebab yaitu :
1)    Nutrien di dalam medium sudah habis.
2)    Energi cadangan di dalam sel habis.
Kecepatan kematian bergantung pada kondisi nutrien, lingkungan, dan jenis mikroba.





C.    Kecepatan Pertumbuhan Mikroorganisme dan Waktu Lipat Dua
Pengetahuan mengenai kecepatan pertumbuhan bersifat penting dalam menentukan keadaan atau status kultur sebagai kesatuan.
Keterangan  :
n0 = jumlah sel / ml awal
n = jumlah sel / ml setelah waktu t
t0 = waktu awal
t = waktu akhir

Kecepatan pertumbuhan (μ ) :




Waktu generasi (tg) :
Waktu yang dibutuhkan oleh suatu kultur untuk memperbanyak jumlah / massa / komponen sel sebanyak 2x lipat, disebut juga waktu lipat dua.
Frekuensi waktu generasi untuk berbagai mikroorganisme, dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
D.    Kebutuhan Mikroorganisme untuk Pertumbuhan
                 Kebutuhan mikroorganisme untuk pertumbuhan mikroorganisme dapat dibedakan menjadi beberapa  kategori, yaitu : kebutuhan fisik (abiotik),  kebutuhan unsur-unsur kimia, dan kebutuhan biologi (biotik). Aspek-aspek fisik dapat mencakup suhu, pH, dan tekanan osmotik. Sedangkan, kebutuhan kimia meliputi air, sumber karbon, nitrogen, oksigen, mineral-mineral dan faktor lain.
1.  Kebutuhan Fisik
          Hidayat (2006:69-82) menyatakan bahwa faktor-faktor lingkungan yang sering mempengaruhi pertumbuhan mikroba adalah faktor abiotik, suhu, kelembapan, ph, komposisi medium serta faktor biotik.
a.  Suhu
                    Hidayat (2006:69) menyatakan bahwa suhu merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan mikroba beberapa mikroba dapat tumbuh pada kisaran suhu yang luas.tekait dengan suhu pertumbuhan dikenal suhu minimum, maksimum, dan optimum. Atas dasar suhu pertumbuhannya, mikroba dapat dibedakan menjad itiga golongan yaitu psikrofil, mesofil,dan termofil.
                    Psikrofil/kriofil dapat tumbuh pada suhu  0O C -30O C, dengan suhu  optimum 15O C kebanyakan tumbuh di tempat-tempat dingin, baik di daratan maupun lautan. Jasad mesofil mempunyai suhu optimum antara 25O C sampai 37O C dengan minimum 15O C dan suhu maksimum antara 45O C sampai 55O C jasad ini banyak hidup dalam salularan pencernaan, tanah, dan perairan. Mikroorganisme termofil adalah golongan jasad dengan suhu pertumbuhan antara 40O C- 75O C dengan suhu optimum  55OC -60OC. pada pertumbuhan antara  40O C sampai 75O C dengan suhu optimum 55OC-60O C. Pada jasad fermofil dikenal pula stenotermofil (termofil obligat), yaitu mikroba yang dapat tumbuh baik pada suhu 60OC dan tidak dapat tumbuh pada suhu 30OC dan euritermofil (termofil falkutatif) yaitu yang mampu tumbuh di bawah 30OC.
                    Jasad yang ditumbuhkan pada suhu di atas suhu maksimumnya, protein dan enzim dalam selnya akan mengalami denaturasi yang mengakibatkan terhentinya proses metabolisme. Suhu yang diperlukan untuk membunuh mikroorganisme dipengaruhi oleh berbagai faktor, dan waktu yang diperlukan untuk membunuh mikroorganisme pada suhu tertentu disebut waktu kematian termal. Contoh : Clostridium perfringens dalam larutan garam 0,085% terbunuh pada suhu 100OC selama sepuluh menit, sedangkan pada suhu 95OC membutuhkan waktu 15 menit.
Gambar 1. Grafik Respon Pertumbuhan Mikroorganisme Terhadap Perubahan Suhu

b. Kelembapan dan pengeringan
                    Hidayat (2006:76) menyatakan bahwa tiap jenis mikroba memiliki tingkat kelembapan tertentu. Pada umumnya khamir dan bakteri membutuhkan kelembapan yang lebih tinggi di bandingkan dengan jamur. Tidak semua air dapat digunakan mikroba air yang digunakan disebut air bebas. Air bebas dalam larutan dinyatakan sebagai aw.  Yaitu perbandingan antara tekanan uap air laritan dengan tekanan uap airmurni atau 1/100 RH.

c.  Derajat Keasaman (pH)
                    Hidayat (2006:76) menyatakan bahwa pada umumnya membunuh mikroba dengan pemanasan lebih mudah pada kondisi asam atau alkalis dibandingkan pH netral. Berdasarkan pH yang ada, jasad sikenal dengan asidofil, neurofil dan alkalifil. Asidofil adalah mikroba yang dapat tumbuh pada pH antara 2,0OC sampai 5,0OC. Mikroba neurofil adalah mikroba yang dapat tumbuh kisaran pH 5,5OC- 8,0OC.sementara alkalifil berada pada kisaran pH 8,4OC -9,5OC. Bakteri memerulan pH 6,5OC- 7,5OC khamir 4,0OC- 4,5OC sedangkan jamur mempunyai kisaran pH yang sangat luas.untuk menjaga agar pH dalam medium konstan maka perlu ditambahkan zat-zat buffer, misalnya KH2PO4.

d. Tekanan Osmose
                    Hidayat (2006:76) menyatakan bahwa pada umumnya larutan hipertonis menghambat pertumbuhan karna mengakibatkan plasmolosis. Beberapa jasad dapat menyesuaikan diri terhadap tekanan osmose yang tingg misalnya jasad osmofil, halofil, haluduric.

e.  Ion-ion Logam
                    Hidayat (2006:77) menyatakan bahwa logam –logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au, dan Pb pada kadar yang sangat rendah dapatbersifat toksik daya bunuh logam berat pada kadar rendah disebut daya oligodinamik. Ion-ion logam dapat mengganggu sistem enzim sel. Misalnya Hg++  akan bergabung dengan gugus sulfhidril dalam enzim sehingga aktifitas enzim dengan gugus aktif sulfhidril akan terhambat aktifitasnya.

2.  Kebutuhan Kimia
          Mikroorganisme memerlukan unsur-unsur kimia seperti air, karbon, oksigen, nitrogen, mineral-mineral dan lain sebagainya, untuk kebutuhana kelangsungan hidupnya.
a.    Air
                        Taringan (1988:106) menyatakan bahwa air yang terkandung didalam ubuh kebanyakan mikroorganisme kira-kira 90% dari berat tubuhnya. Spora-spora yang bersifat resistan diperkirakan kandungan airnya lebih sedikit lagi. Air berperan sebagi bahan pelarut pada reaksi-reaksi meabolisme diperlukan dalam jumlah tertentu saja. tergantung kepada jenis mikroorganismenya. Air dalam substrat makanan yang digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme biasanya dinyatakan dengan istilah water activity (aw), yaitu suatu indeks yang menyatakan perbandingan tekanan uap air dari larutan dengan tekanan uap air murni pada suhu yang sama, atau :

         Aw = =  

                        Jika  lembab nisbi atau relative humadity 90%, ini berarti bahwa aw = 0,090. Kebanyakan mikroorganisme memerlukan aw di atas 0,90 untuk dapat melangsungkan metabolismenya. Ada juga beberapa mikroorganisme yang dapat hidup pada suasana aw yang rendah, dan mikroorganisme tersebut dikenal sebagai  “xerotolerant organism”. Beberapa yeast yang dapat tumbuh pada lingkungan yang mempunyai aw = 0,60 dan umumnya fungi (jamur) lebih mampu bertahan pada aw yang lebih rendah jika dibandingkan dengan bakteria. Oleh karena itu, lebih banyak ditemukan jenis-jenis jamur pada permukaan roti dibandingkan dengan bakteria. Setiap mikroorganisme, mempunya aw optimum, minimum dan maksimum, untuk pertumbuhannya. Sebagai besar bakteria dapat tumbuh baik pada aw yang mendekati 1. Ini berarti, bahwa bakteria dapat dapat tumbuh baik dalam kosentrasi garam atau gula yang rendah, kecuali bakteri yang tergolong hidrofilik. Bakteri tidak dapat hidup di dalam air, apalagi di dalam air suling. Ini berarti, bahwa bakteria dapat tumbuh baik dalam kosentrasi garam atau gula rendah, kecuali bakteria yang termasuk golongan halofilik. Bakteri tidak tahan hidup di dalam air, apalagi di dalam air suling. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi matinya bakteri di dalam air, antara lain adalah :
1)    Tidak ada zat makanan vesera garam-garam mineral yang di perlukan bakteri.
2)    Apabila air telah lama terbuka, maka karbondioksida dari udara akan membentuk H2CO3 yang dapat menyebabkan rendahnya pH.
3)    Air yang mengandung garam-garam dan logam-logam berat, tidak baik untuk kehidupan bakteria, karena pH yang tinggi.

Tabel 1 Water Activity (aw) dari berbagai organisme
aw
bakteria
fungi
algae
1,00

0,90

0,85

0,80
0,75

0,60
Caulobacter
Spirillum
Lactobacillus
Bacillus
Staphylococcus


Halobacterium
Halococcus


Fusarium
Mucor
Debaromyces
Penicilium

Aspergillus
Chrysosporium
Saccharomyces
Rouxi
Xeromyces
Bisporus







Dunaliella

b.    Karbon
                        Taringan (1988:108) menyatakan bahwa selain kebutuhan air, salah satu dari kebutuhan yang paling penting untuk keperluan pertumbuhan mikroorganisme adalah sumber karbon, yang diperlukan oleh semua senyawa-senyawa organik yang menyusun tubuh sel-sel hidup. Mikroorganisme yang tergolong kemoheterotrof, memperoleh karbon dari sumber energi berupa bahan-bahan organik seperti protein, karbohidrat dan lipid. Golongan mikroorganisme yang kemoheteroterof memperoleh karbon dari karbon dioksida, dan juga mikroorganisme fotoautotrof mendapatkan karbon dari karbondioksida.

c.    Oksigen
                        Taringan (1988:108) menyatakan bahwa dalam pembahasan mengenai bioenergi telah dibicarakan bahwa untuk menghasilkan energi, mikroorganisme melakukan respirasi yang merupakan proses-proses reaksi kimia yang merombak molekul-molekul senyawa organik yang berpotensi tinggi, menjadi molekul-molekul senyawa anorganik yang lebih sederhana dengan membebaskan sejumlah energi. Kebutuhan oksigen untuk oksidasi biologis yang terjadadi di dalam sel mikroorganisme, dapat menggunakan oksigen, atau menggunakan senyawa-senyawa lain, yang tergantung kepada jenis mikrooreganisme. Sebenarnya oksigen tidak dipakai dalam proses sintesis bahan-bahan protoplasma, tetapi berfungsi sebagai akseptor hidrogen atau akseptor elektron. Oksigen yang terdapat dalam senyawa-senyawa penyusun protoplasma, tidak berasal dari O2 udara, akan tetapi berasal dari senyawa-senyawa organik yang mengandung atom-atom oksigen dari air.
Berdasarkan atas kebutuhan akan oksigen, mikroorganisme dapat dibedakan menjadi 4 golongan yaitu :
1)     Mikroorganisma yang aerob
                      Taringan (1988:109) menyatakan bahwa mikroorganisma yang aerob ini membutuhkan adanya oksigen untuk metabolismanya. Pada mekanisme respirasi, mikroorganisma dapat menggunakan oksigen sebagai akseptor elektron atau akseptor hidrogen. Mikroorganisma yang termasuk ke dalam golongan ini hanya dapat hidup apabila oksigen untuk melangsungkan oksidasi biologis.

2)     Mikroorganisma yang anaerob
                      Taringan (1988:109) menyatakan bahwa mikroorganisma yang termasuk golongan anaerob, tidak dapat menggunakan O2 bebas sebagai akseptor hidrogen, bahkan adanya oksigen dapat menghambat pertumbuhannnya karena oksigen dapat bersifat sebagai racun. Jasad-jasad hidup ini dapat hidup dengan melangsungkan fermentasi atau respirasi anaerob, dimana ion-ion anorganik seperti NO3 dan SO4 yang berperan sebagai akseptor hidrogen atau akseptor elektron. Miroorganisma yang anaerob ini, dapat diracuni oleh adanya oksigen, karena jasad ini tidak mempunyai enzim katalase dan super-super dismutase yang diperlukan untuk menguraikan senyawa hidrogen peroksida yang bersifat racun dan ion-ion superoksida merupakan bentuk racun bagi mikroorganisma tertentu.

3)     Mikroorganisma yang fakulatif anaerob
                      Taringan (1988:109) menyatakan bahwa mikroorganisma yang termasuk dalam golongan fakulatif anaerob, dapat menyesuaikkan hidupnya pada lingkungan yang tidak mengandung oksigen. Apabila oksigen terdapat dalam lingkungan hidupnya, maka jasad ini dapat tumbuh dengan memanfaatkan oksigen tersebut sebagai akseptor elekton akhir, akan tetapi  jika tidak ada oksigen, jasad ini dapat melangsungkan fermentasi atau respirasi anaerob.

4)     Mikroorganisma yang mikroaerofil
                      Taringan (1988:109) menyatakan bahwa mikroorganisma yang termasuk dalam golongan mikroaerofil, tidak dapat hidup dalam suasana yang aerob ataupun anaerob dengan sempurna, karena oksigen bebas hanya  diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit atau hanya kira-kira 20% dalam atsmofir atau kurang dari persentasi oksigen dalam atsmofir. Pada media makanan padat di dalam tabung reaksi, mikroorganisma dapat tumbuh pada suatu ke dalaman medium. Toleransi yang terbatas ini mungkin disebabkan karena kepekaan jasad tersebut terhadap superoksida (O2) dan peroksida (O2) yang dihasilkan dalam kosentrasi letal dalam suasana yang kaya akan O2. Untuk membandingkan keempat golongan mikroorganisma tersebut di atas, kurangnya gambar 5.1 berikut ini dapat memberi deskripsi yang jelas.
Gambar 5.1 Pertumbuhan Berbagai Mikroorganisma dalam
Media Padat dalam Tabung Reaksi.
1.  Obligat aerob
2.  Fakulatif anaerob
3.  Obligat anaerob
4.  Aerotoleran/Anaerob
5.  Mikroaerofil
Jasad aerob ialah jasad yang menggunakan oksigen bebas (O2) sebagai satusatunya aseptor hidrogen yang terakhir dalam proses respirasinya. Jasa anaerob, sering disebut anaerob obligat atau anaerob 100% ialah jasad yang tidak dapat menggunakan oksigen bebas sebagai aseptor hidrogen terakhir dalam proses respirasinya. Jasad mikroaerob ialah jasad yang hanya memerlukan oksigen dalam jumlah yang sangat sedikit. Jasad aerob fakultatif ialah jasad yang dapat hidup dalamkeadaan anaerob maupun aerob. Jasad ini juga bersifat anaerob toleran. Jasad kapnofil ialah jasad yang memerlukan kadar oksigen rendah dan kadar CO2 tinggi.
Taringan (1988:111) menyatakan bahwa oksigen dibutuhkan oleh banyak mikroorganisma untuk pertumbuhannya, oksigen ini dapat juga bersifat sebagai racun. Beberapa organisma yang dikenal sebagai mikroaerofil, hanya dapat tumbuh dalam lingkungan yang mempunyai range kosentrasi oksigen yang kecil. Mikroorganisma mikroaerofil membutuhkan oksigen, tetapi dapat menghambat pertumbuhan maksimal pada pengurangan kosentrasi oksigen, dan kosentrasi oksigen yang lebih tinggi dapat merupakan jasad bagi jasad ini. Sebagai konsekuensi dari toksisitas oksigen pada mikroorganisma, pada umumnya jasad tersebut mempunyai sistem enzim yang dapat mengurangi pengaruh racun (detoxifying) berbagai bentuk oksigen. Struktur oksigen tunggal (O), dapat merupakan racun bagi jasad hidup. Enzim-enzim peroksida yang terdapat dalam air ludah dan sel-sel yang bersifat fagosit menghasilkan oksigen singglet yang turut mengambil bagian dalam aktivitas antibakteria.
d.  Karbondioksida
                             Taringan (1988:111) menyatakan bahwa emua organisma memerlukan karbondioksida, akan tetapi jumlahnya yang berbeda-beda, tergantung kepada macamnya jasad tersebut. Mikroorganisma yang bersifat autotrof, membutuhkan CO2 dalam jumlah besar karena CO2 merupakan satu-satunya sumber karbon. Pengikatan karbondiosida ini, memerlukan energi dan sumber elektron. Kunci pengikat CO2 ini terletak pada pemasukan CO2 ke dalam ribolose phosphate dengan terbentuknya asam pospoglisin. Selanjutnya mengalami reduksi menjadi gliseraldehide phosphate atau dirubah menjadi asam piruvat.

e.  Nitrogen, Sulfur dan Posfor
                             Taringan (1988:111) menyatakan bahwa dalam sintesis protein, mikroorganisma membutuhkan sejumlah nitrogen dan sulfur. Sintesis DNA dan RNA juga membutuhkan nitrogen dan sulfur. Nitrogen, sulfur dan posfor terdapat dalam sel kira-kira 18% dari berat kering selnya, di mana 15% dari jumlah ini merupakan nirogen. Sumber alamiah dari sulfur ini adalah , Hidrogen untuk membentuk asam-asam amino dari protein.  Untuk mendapatkan nitrogen ini banyak bakteria melakukan pembusukan bahan bahan yang dan menyusun kembali asam amino untuk mensintesis dan senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen. Ada juga bbakteri yang menggunakan nitrogen dari ion-ion nitrat atau ion-ion dalam bentuk larutan. Bakteribakteri yang dapat mengikat nitrogen dari udara adalah Rhizobium yang dapat dijumpai dalam bintil-bintil akar tumbuhan kacang-kacangan.

f.    Mineral-mineral
                             Taringan (1988:112) menyatakan bahwa mineral-mineral utama yang dibutuhkan oleh mikroorganisme adalah: N, P, C, O dan H. Unsur-unsur lainnya yang juga dibutuhkan adalah K, Ca, Mg, Na, S, dan Cl. Unsur-unsur yang dibutuhkan sangat kecil dan harus ada (trace element) adalah :Fe, Cu, Mo, dan Zn.

g.  Faktor  penumbuh (growth factor)
                             Taringan (1988:112) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan faktor penumbuh adalah senyawa organik yang diperlukan suatu organisma untuk pertumbuhan dan hanya diperlukan dalam jumlah sedikit. Senyawa-senyawa organik yang berfungsi sebagai faktor penumbuh, tidak merupakan zat-zat yang menghasilkan energi bagi mikroorganisme tersebut akan tetapi sangat diperlukan untuk kehidupan  yang normal. Mungkin semua mikroorganisme memerlukan faktor penumbuh berupa vitamin-vitamin dan asam-asam amino. Kiranya perlu ditambahkan, bahwa ada bebrapa mikroorganisme yang dapat menghasilkan vitamin untuk kebutuhannya sendiri. Contohnya : Escherechia coli dapat menghasilkan asam folat (folic acid), Actinomycetes dapat menghasilkan vitamin, Microccus dapat menghasilkan B kompleks.
                             Ada juga mokroorganisme yang tidak dapat mensintesis vitamin untuk kebutuhannya sendiri. Bila kita ingin menumbuhkan atau memelihara bakteria di laboratorium, maka perlu diadakan penambahan vitamin-vitamin tertentu yang berupa prekursor atau provitamin kedalam media pertumbuhan yang digunakan. Ada jug bakteri-bakteri yang memerlukan asam-asam amino yang berperan sebagai faktor penumbuh, misalnya: Clostridium tetani, Salmonella typhi, memerlukan tripthopan. Lactobacillus casai memerlukan asam folat, dan Mikrococcus aureu, memerlukan asam para amino benzoat dan lain sebagainya.
3.  Kebutuhan Biologi         
                      Di alam jarang di jumpai mikroba yang hidup sebagai biakan murni, tetapi selalu berada dalam asosiasi dengan jasad lain. Interaksi antara  jasad yang berkaitan antara mikroba dapat dibedakan atas interaksi antara mikroba, interaksi antar mikroba dengan tumbuhan, dan unteraksi mikroba dengan hewan.
a.    Interaksi Antar Mikroba
                      Interaksi antar mikroba dapat terjadi antara dua mikroba yang sama ukuran selnya (dua sel bakteri, dua sel protozoa), atau antara dua sel yang berbeda ukurannya (sel bakteri dan sel protozoa) dua sel  yang ukuran nya sama memiliki kebutuhan nutrisi yang kurang lebih sama. Berbeda halnnya jika ukuran sel nya berbeda,kebutuhan ruang berbeda.  Protozoa membutuhkan ribuan kali lebih besar daripada bakteri.
                      Interaksi antara dua populasi mikriba dapat dinyatakan scara sederhana sebagai   A                      B. Tanda panah menunjukkan bahwa  A berpengaruh terhadap B dan B berpengaruh terhadap A. Pengaruh tersebut dapat positif (+), negatif (-), atau tidak berpengaruh (0). Sinergisme atau protokooperasi ialah suatu bentuk asosiasi bentuk tidak obligat sedang mutualisme adlah bentuk asosiasi obligat. Dalam interaksi kedua populasi antar mikroba mendapat keuntungan. Pada umumnya interaksi ini menyebabkan terjadinya kemampuan untuk dapat melakukan suatu perubahan kimia tertentu dalam substrat.  Tanpa sinergisme masing-masing mikroba tidak akan dapat  menyebabkan  terjadinya reaksi tersebut. Contohnya adalah interaksi antara Pseudomonas synoysnea dengan Streptococcus lactis  yang menyebabkan terjadinya warna biru pada susu. Terdapat beberapa interaksi antar bakteri yaitu, parasitisme, predatorisme,  komensalisme, antibiosis, kompetisi,dan netralisme.

b.    Asosiasi Mikroba dan Tumbuhan
                      Simbiosis mikorisa merupakan asosiasi antara sistem perakaran tanamans dengan kelompok jamur tanah tertentu. Hubungan ini saling menguntungkan, tanaman hara lebih banyak dari  tanah jamur mendapatkan fotosintat dari tanaman. Fosfor merupakan hara yang diperlukan alam jumlah banyak sedang di dalam tanah ketersediaanya terbatas. Hampir semuaa tanaman yang tumbuh dia alam terinfeksi mikorisa.
1)    Mikorisa
          Miorisa dibedakan atas ektomikorisa dan endomokorisa tipe yang terkenal dan muddah di lihat dengan mata biasa. Ektonikorisa ini terutama menginfeksi tanaman kehutanan dari kelompok Betulaceae Fagaceae, dan Pinaceae. Akar yang terinfeksi ektomikorisa bercabang pendek dan membengkak.  Endomikorisa berbeda dengan ektomikorisa dalam hal pembentukan miselium di sekeliling akar. Untuik melihat infeksi endomikorisa, akar harus di cat khusus dan diamati menggunakan mikroskokp. Endomikorisa terbagi menjadi tiga yaitu Mikorisa ericaecous, orchidaceous, dan vasikular arbuskular.
2)    Rhizobium
          Rhizobium merupakan bakteri yang mampu mengadakan simbiosis dengan tanaman leguminosa. Akar tanaman akan mengeluarkan suatu zatyang merangsang aktifitas bakteri Rhizobium. Apabila nakteri sudah bersinggungan dengan akar rambut, akar rambut akan mengeriting. Setelah memasuki akar bakteri yang terlihat dari pembengkakan akar.













BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
1.    Mikroorganisme dikatakan tumbuh, bukanlah sel-selnya bertambah besar atau bertambah panjang, akan tetapi pertambahan jumlah individu-individu sehingga membentuk suatu koloni ataupun suatu populasi yang terdiri dari beratus-ratus sampai beribu-ribu individu.
2.    Ada 4 fase kurva pertumbuhan mikroorganisme , yaitu  Fase  lag, Fase log, Fase stationer dan Fase kematian.
3.    Kebutuhan mikroorganisme untuk pertumbuhan mikroorganisme dapat dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu : kebutuhan fisik (abiotik),  kebutuhan unsur-unsur kimia, dan kebutuhan biologi (biotik).
4.    kebutuhan fisik dapat mencakup suhu, ph, ion-ion logam. kelembapan dan pengeringan.
5.    Kebutuhan kimia meliputi air, sumber karbon, oksigen, karbondioksida, nitrogen, Sulfur, Posfor ,mineral-mineral, Faktor  penumbuh.
6.    kebutuhan biologi meliputi interaksi antar mikroba dan asosiasi mikroba dan tumbuhan

B.   Saran
Penulis berharap pembaca dapat memberikan saran yang membangun karena kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Atas saran yang diberikan kami mengucapkan terima kasih.




DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, Moch Agus Kresno. 2002. Mikrobiologi Terapan. Malang. Penerbit : Universitas Muhammadiyah Malang.
Hidayat, Nur. 2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta:Penerbit Andi.
Pleczar, Michael. 2007. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.
Taringan, Jeneng.1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.