Dasar ilmu perikanan
A. Pendahuluan
Setiap
orang yang belajar ilmu perikanan tidak akan bisa menghindar dari penggunaan
beberapa istilah atau terminology teknis yang sering digunakan pada bidang ilmu
tersebut. Sayangnya, istilah-istilah tersebut bisa didefinisikan secara berbeda
terkait dengan bidang kajian spesifik. Sebagai contoh, seorang ahli taksonomi
akan membuat definisi ikan sesuai dengan klasifikasi nomenklatur ilmiah.
Sebaliknya, pengelola perikanan (kementerian Kelautan dan Perikanan) membuat
definisi ikan dalam kaitannya sebagai sumber daya yang bisa diambil. Pada teks
ini, kita akan membahas beberapa istilah teknis dari dimensi atau kepentingan
yang berbeda.
Ikan
adalah vertebrata akuatis yang bernafas dengan insang. Pisces terdiri atas tiga
kelas yaitu Agnatha(ikan tanpa rahang), Chondrichtyes(ikan tulang rawan),
Osteicthyes(ikan bertulang keras). Kelas agnatha memiliki ciri-ciri yaitu:
mulut tanpa rahang, tubuh silindris, tubuh halus tanpa sisik, rangka tubuh dari
tulang rawan dan tidak punya sirip yang berpasangan (Brotowidjoyo, 1990). Kelas
Osteicthyes memiliki ciri-ciri yaitu: tulang keras, mulut dan lubang
hidungnya ventral, celah-celah pharyngeal tertutup dan jantungnya hanya
memiliki satu ventrikel. Kelas chondricthyes memiliki ciri-ciri yaitu:
rangkanya bertulang rawan, hidup diair-air payau dan tidak memiliki tulang
rusuk(Brotowidjoyo, 1990)
B. Definisi
1 ikan
Seperti telah dijelaskan, ikan bisa didefinisikan
secara berbeda. Ahli taksonomi (taksonomist) menyatakan IKAN sebagai binatang
bertulang belakang (vertebrata) yang bersirip, bernafas dengan insang dan hidup
di air. Definisi ini digunakan untuk mempermudah dalam membuat klasifikasi atau
membedakan antara ikan dengan kelompok organisme lainnya. Kata tulang belakang (vertebrata)
digunakan untuk membedakan ikan dengan kelompok binatang non-vertebrata
lainnya, seperti udang atau siput yang sama-sama hidup di air. Kata sirip
digunakan untuk membedakan ikan dari binatang tidak bersirip, seperti lingsang,
katak atau buaya yang sebagian besar hidupnya di air. Kata kunci bernafas
dengan insang ialah juga kata kunci yang sangat khas membedakan kelompok ini
dengan binatang lainnya. Sedangkan kata hidup di air digunakan untuk
membedakannya dengan binatang vertebrata yang hidup di darat. Definisi ikan
seperti tersebut di atas disebut sebagai definisi ikan secara ilmiah dan
digunakan dalam kajian biologi perikanan maupun taksonomi.
2. perikanan
Kata “perikanan” diduga ialah terjemahan dari
istilah asing (Bahasa Inggris) “fisheries”. Sedangkan fisheries bisa mempunyai
arti luas maupun sempit. Dalam arti luas fisheries diartikan sebagai semua
kegiatan penangkapan dan/atau budidaya ikan – sementara, dalam artian sempit,
kata fisheries sering diartikan sebagai kegiatan penangkapan saja. Pada
beberapa teks, capture fisheries terkadang digunakan untuk menjelaskan
perikanan yang terkait dengan usaha penangkapan. Sementara usaha budidaya ikan
dinyatakan dengan istilah culture fisheries. Budidaya ikan terkadang diusahakan
tidak dalam siklus penuh (full cycle). Sebagai contoh, seorang petani yang
memelihara (budidaya) ikan bandeng. Benih ikan bandeng (nener) didapat dari
usaha penangkapan dari alam (menggunakan alat tangkap sotok / towed net).
Pelaku, pada kasus ini melakukan suatu usaha fisheries secara umum (penangkapan
dan budidaya secara bersama).
3. manajemen
Manajemen secara konvensional mencakup seluruh
urutan: planning, organizing, actuating, controlling dan evaluating. Manajemen
dalam bidang perikanan diartikan setara dengan pengelolaan. Dengan demikian,
definisi perikanan (secara luas) di atas juga mencakup aspek manajemen.
Manajemen perikanan ialah sama dengan mengelola perikanan – mengelola perikanan
ialah mengatur ekstraksi sumberdaya ikan (penangkapan atau budidaya) agar
bermanfaat optimal bagi kesejahteraan masyarakat namun tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap sumberdaya ikan.
4. sistem perikanan
Sistem perikanan pada awalnya ialah suatu sistem alami – terdiri dari
komponen ikan, bintang air lainnya, tumbuhan, bakteri, air dan komponen dasar
perairan (abiotik). Masing-masing komponen saling tergantung dan berinteraksi
satu sama lain. Interaksi tersebut terjadi dalam beberapa bentuk. Para ahli
menyebut interaksi ini dengan simbion. Binatang karang (coral polyp) membentuk
simbion atau interaksi saling menguntungkan dengan sejenis alga yang disebut
zooxanthellae. Coral polyp mengambil oksigen dari zooxanthellae yang berada di
dalam tubuhnya. Zooxanthella mendapat bahan organik dari sisa atau kotoran yang
dikeluarkan oleh coral polyp. Kedua organisme ini melakukan simbioses yang
saling menguntungkan satu sama lain (mutual benefit – simbiosis mutualisme)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar