MAKALAH
PETA KROMOSOM
BAB I
PENDAHULUAN
B. Latar Belakang
Genetika berasal dari kata genetikos
yang artinya “Genetive”. Genetika adalah bagian dari Biologi yang mempelajari
masalah gen, keturunan, dan variasi makhluk hidup. Juga, mengenai bagaimana
proses seseorang melanjutkan gen-gen miliknya kepada anaknya. Struktur molekul
dan fungsi dari gen. Misalnya saja tinggi, warna rambut, warna kulit, dan warna
mata.
Manusia mulai menggunakannya pada masa
prasejarah, dengan pengembangbiakan hewan dan tanaman pada masa modern ini
genetika menyediakan alat yang penting dalam menyelediki fungsi dari gen
tertentu. Dalam organisme, informasi genetik pada umumnya dibawa dalam
kromosom, yang mana ada di dalam struktur kimia molekul DNA tertentu.
Gen mengandung informasi yang penting
dalam menyintesis protein, yang mana memiliki peran penting dalam mempengaruhi,
walau dalam beberapa contoh, tidak sepenuhnya menentukan, fenotip akhir dari
organisme. Makalah ini dibuat sebagai bahan tugas genetika yang membahas
tentang ilmu genetika mencakup masalah berangkai dan pindah silang dengan sub
bab peta kromosom autosom, koinsidens & interferensi, berangkai pada
kromosom X, peta kromosom X, dan berangkai pada manusia.
C. Rumusan Masalah
1.
Bagaimankah
peta kromosom autosom?
2.
Apakah
perbedaan dari koinsidens & interferensi?
3.
Bagaimanakah
berangkai pada kromosom X?
4.
Bagaimanakah
peta kromosom X?
5.
Bagaimanakah
berangkai pada manusia?
D. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui peta kromosom autosom.
2.
Untuk
mengetahui perbedaan dari koinsidens & interferensi.
3.
Untuk
mengetahui berangkai pada kromosom X.
4.
Untuk
mengetahui peta kromosom X.
5.
Untuk
mengetahui berangkai pada manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PETA KROMOSOM
Yang
dimaksud dengan peta kromosom ialah gambar atau skema sebuah kromosom yang
dinyatakan sebagai sebuah garis lurus
dimana diperlihatkan lokus setiap gen yang terletak pada kromosom itu.
Sentromer dari kromosom biasanya dianggap sebagai pangkal, maka diberi tanda 0
(angka nol). Pada lokus setiap gen dibubuhkan angka yang menunjukan jarak
antara gen itu dengan sentromer atau jarak antara satu gen dengan yang lain
(Gambar X-10). Jarak itu diberi ukuran unit dan 1 unit = 1 % pindah silang.
Misalnya
pada lokus gen p tertulis angka 6,2. Ini berarti bahwa jarak antara sentromer
ke gen p ialah 6,2 unit. Pada lokus gen q tertulis.

Gambar X-10. Contoh
peta kromosom
Angka
10, berarti bahwa jarak antara sentromer dengan gen q ialah 10 unit. Dengan
sendirinya dapat diketahui jarak antara gen p dan q, ialah 10 – 6,2 = 3,8 unit.
Jarak
antara gen p dan gen q disebut jarak peta. Peta kromosom tanpa menunjukkan
letak sentromer dinamakan peta relatip.

Gambar
di atas memperlihatkan peta relatip. Jarak antara gen r – s = 4,7unit; s – t =
8,5 unit; r – t = 13,2 unit.
Sekarang
sudah dapat dibuat peta kromosom (walaupun belum lengkap) dari lalat Drosophila (Gambar X-11), tanaman
tertentu (seperti jagung), hewan ternak dan manusia.
Saat
dimulainya pembuatan peta kromosom dilakukan pada tahun 1920 oleh para ahli
genetika Drosophila seperti T.H.
Morgan, C.B.Bridges dan A.H. Sturtevant.
a. Membuat
peta kromosom dengan gen rangkap tiga
Di
muka telah diketahui bahwa dengan menggunakan dua gen yang terangkai, adanya
pindah silang ganda tidak dapat diketahui dari keturunan hasil uji silang.
Berhubung dengan itu untuk membuat peta kromosom seyogyanya kita menggunakan
gen rangkap tiga diwaktu dilakukan uji silang (dalam bahasa inggris: “Three-point
cross”)
Contohnya
sebagai berikut :
Mula-mula
kita mengawinkan lalat Drosophila betina homozigotik untuk gen-gen resesip cu (sayap berkeluk), sr (tubuh bergaris) dan e (tubuh hitam), Sr (tubuh tak bergaris) dan E
(tubuh kelabu).
Gen-gen
tersebut terdapat pada kromosom no.III. Lalat-lalat betina F1 (yang
berbentuk trihibrid) kemudian diuji silang dengan lalat jantan yang sama sekali
resesip, yaitu sayap berkeluk, tubuh bergaris, tubuh hitam. Hasilnya berupa
lalat-lalat F2 yang dapat dilihat pada Gambar X-12.
Setelah
kita mendapatkan lalat-lalat F2 sebagai hasil uji silang itu,

Gambar
X-11. Peta Kromosom dari
lalat Drosophila. Tidak semua gen
dicantumkan pada peta itu. Huruf singkatan adalah nama gen. Lokasi gen tertera
dengan angka-angka di sebelah kiri.
Kita mengambil langkah
sebagai berikut :
1)
Tetapkan
genotip-genotip parental dengan jalan:
a)
Jika
mungkin mengadakan rekonstruksi perkawinan lalat-lalat parental
b)
Memperhatikan
kelas fenotip yang paling banyak dalam keturunan itu. Akan tetapi cara ini
tidak cermat untuk menetapkan genotip-genotip parental. Hanya berguna apabila
data tentang parentalnya tidak diketahui.

Gambar
X-12. Uji silang pada
lalat Drosophila dengan gen rangkap
tiga. Cara ini merupakan dasar untuk pembuatan peta kromosom.
2)
Tetapkanlah
tipe-tipe rekombinasi yang dihasilkan oleh adanya pindah silang ganda.
Tipe-tipe ini ini ditandai oleh kelas-kelas fenotip yang paling sedikit.
Kemudian
kita tetapkan urutan letak gen yang sebenarnya, dengan membandingkan genotip
tipe-tipe parental dengan genotip tipe-tipe rekombinasi hasil pindah silang
ganda. Tentu ada satu gen yang berbeda dan gen inilah yang sebenarnya terletak
di tengah. Pada contoh ini, Cu Sr E dan cu sr e merupakan tipe-tipe parental.
Tipe-tipe rekombinasi hasil pindah silang ganda adalah Cu sr E dan cu Sr e.
Disini nampak bahwa letak gen sr pada tipe rekombinasi berbeda dengan pada tipe
parental. Berhubung dengan itu gen sr letaknya ditengah, yaitu diantara gen cu
dan e. Urutan letak gen yang benar ialah cu sr e atau e sr cu. Pada contoh ini
kebetulan urutan letak gen itu sudah benar.
3)
Setelah
urutan letak gen yang sebenarnya diketahui, maka dicari jarak peta antara
gen-gen tersebut.
Pindah
silang (disingkat: Ps) antara gen cu dan sr menghasilkan kelas fenotip 3,4,7
dan 8. Jumlah tipe rekombinasi dari kelas-kelas ini ialah 107+97+1+2 = 207.
Karena
itu Ps antara cu dan sr = 207/1926 = 10,75%.
Ps
antara gen sr dan e menghasilkan kelas fenotip 5,6,7 dan 8. Jumlah tipe rekombinasi
dari kelas-kelas ini ialah 86 + 94 + 1 + 2 = 183. Karena itu Ps
antara sr dan e = 183/1926 = 9,50%
Jadi
: jarak antara gen cu ---- sr = 10,75 unit
Jarak antara gen sr ---- e
= 9,50 unit
4) Gambar peta kromosom
relatip adalah sebagai berikut:

Kita
tidak melukiskan letak gen-gen itu sesungguhnya, karena tidak disbutkan tentang
letak titik 0 (sentromer), sehingga jarak salah satu gen itu dari sentromer pun
tidak diketahui. Untuk mendapatkan letak titik 0 diperlukan percobaan dengan
ribuan macam perkawinan.
Penggunaan
gen rangkap tiga ini hanya akan bermanfaat apabila letak gen satu dengan lain
nya yang terangkai tidak terlalu dekat, sehingga masih dimungkinkan
berlangsungnya pindah silang ganda. Para ahli genetika Drosophila telah menetapkan bahwa batas minimum itu adalah 10 unit.
Jadi apabila jarak antara satu gen dengan lainnya kurang dari 10 unit, maka
tidak akan terjadi pindah silang ganda.
b.
Koinsidens dan Interferensi
Terjadinya pindah silang
antara gen segmen-segmen dari kromososm tertentu kebanyakan merupakan fenomena
secara kebetulan saja, tetapi distribusinya tidak acak-acakan. Berdasarkan
hukum kemungkinan, maka terjadinya dua pindah silang secara simultan sama
dengan hasil perkalian dari besarnya kemungkinan untuk tiap pindah silang yang
berlangsung secara terpisah didua tempat itu. H.J. Muller dalam tahun 1916
membuktikan bahwa pindah silang ganda yang sebenarnya adalah kurang
frekuensinya dibandingkan dengan yang diharapkan berdasarkan perhitungan
distribusi acak-acakan. Muller menegaskan bahwa suatu pindah silang yang
terjadi pada suatu tempat tentu menghambat terjadinya pindah silang lainnya
yang berdekatan. Inilah yang dinamakan
interferensi. Untuk mencari besarnya interferensi, terlebih dahulu harus dicari
koefisien koinsidens (disingkat KK), yaitu perbandingan antara banyaknya pindah
silang ganda yang sesungguhnya dengan banyaknya pindah silang ganda yang
diharapkan.
Singkatnya:

Koefisien
interferensi
(disingkat KI) = 1 – KK
Jadi
apabila terdapat interferensi lengkap, tidak akan menghasilkan pindah silang
ganda, dan koinsidens dengan nol. Sebaliknya, apabila tidak terjadi
interferensi, maka KK = 1.
Pada
contoh di muka (gambar X-12) maka:
-
Pindah
silang ganda yang sesungguhnya =
=
0,0016

-
Pindah
silang ganda yang diharapkan = 0,1075
0,095 = 0,0102



Ini
berarti bahwa pindah silang ganda yang terjadi itu hanya 16% saja dari pindah
silang ganda yang diharapkan. Interferensi akan kecil apabila gen-gen yang
bersangkutan letaknya saling berjauhan. Apabila KK melebihi 1, maka
interferensi menjadi negatif.
Contoh lain:
Pada
tanaman jagung (Zea mays) dikenal
gen-gen yang terangkai, misalnya:
+ (atau Bm) = gen yang
menyebabkan tulang daun berwarna hijau (normal)
bm = gen yang menyebabkan
tulang daun coklat (mengandung zat antosian)
+ (atau Pr) = gen yang
menyebabkan biji berwarna kuning (normal)
pr = gen yang menyebabkan
biji berwarna merah
+ (atau V) = gen yang
menyebabkan daun berwarna hijau (normal)
v = gen yang menyebabkan
daun berwarna hijau pucat




menghasilkan keturunan
sebagai berikut:
+ pr v .................
57 tanaman bm + v
..................... 2 tanaman
bm pr v ............
434 tanaman + + v ........................ 1 tanaman
bm + + ...............
60 tanaman + pr +
....................... 3 tanaman
+ + + ................
441 tanaman bm pr + .................... 2
tanaman
Catatan: cara penulisan
genotip disini telah disederhanakan, yaitu dengan menghilangkan gen-gen yang
terdapat di bawah garis. Jadi apa yang tercantum sebagai + pr v itu seharusanya
ditulis
. Demikianlah dengan lain-lainnya.

Pertanyaan:
1.
Gambarkan
peta kromosom relatip di mana gen-gen itu terangkai?
2.
Tulislah
genotip dari tanaman parental?
3.
Berapakan
interferensinya?
Jawabnya
1.
Oleh
karena parentalnya tidak di ketahui, maka dua individu yang jumlahnya paling
banyak, merupakan tipe parental, yaitu (bm pr v) dan (+ + +). Tipe-tipe
rekombinasi hasil adanya pindah silang ganda (disingkat: PSG) adalah individu
yang jumlahnya paling sedikit yaitu (+ +
v) dan (bm pr +). Salah jika yang diambil (bm + v), sebab gen v menempati
tempat yang sama dengan gen v dari (+ + v).
jadi
singkatnya :
Tipe
parental
bm pr
v
+ + +
|
Tipe rekombinasi PSG
+ +
v
bm pr +
|
Apabila
tipe-tipe rekombinasi dibandingkan dengan tipe-tipe parental, maka nampak bahwa
ada perbedaan mengenai letak gen v. Berubung dengan itu gen v yang benar ialah
bm v pr atau pr v bm. Jadi tipe parental dengan memperhatikan urutan letak gen
yang benar ialah:
bm
v pr
+ + +
|
atau
|
pr
v bm
+ + +
|
Andaikan kita menggunakan susunan tipe
parental yang pertama, maka:
-
PS
antara bm – v = 

=
=
0,12 = 12%

-
PS
antara bm – v = 

=
=
0,008 = 0,8%

Jadi: - Jarak
gen bm – v = 12 unit
- Jarak gen v – pr = 0,8
unit
Gambar peta kromosom
relatip ialah sebagai berikut:

2.
Genotip
tanaman trihibridnya ialah
. Karena itu genotip dari tanaman
parental ialah
dan
.



3.
PSG
yang sesungguhnya =
=
0,003

PSG
yang diharapkan = 0,12 x 0,008 = 0,00096
KK
=
=
3,125

KI
= 1 – 3,125 = -2,125
B. BERANGKAI
PADA KROMOSOM-X
Marilah
kita tinjau gen-gen yang terdapat pada kromosom-X pada lalat Drosophilla, misalnya :
+
(atau Y) = gen yang menyebabkan tubuh berwarna kelabu (normal)
y =
gen yang menyebabkan tubuh berwarna kuning
+
(atau W) = gen yang menyebabkan mata berwarna merah (normal)
W =
gen yang menyebabkan mata berwarna putih
Mula-mula
kita kawinkan lalat betina normal homozigotik (baik warna tubuh maupun warna
matanya) dengn lalat jantan tubuh kuning, mata putih.Semua lalat F1
baik yang jantan maupun yang betina akan normal.Apabila lalat-lalat F1
ini dibiarkan kawin sesamanya, didapatkan lalat-lalat F2 sebagai
berikut : (Gambar X-13)
a.
Semua
lalat betin akan normal, meskipun ada 4 macam genotip
b.
Lalat-lalat
jantan terbagi ata 4 kelas yaitu :
·
Lalat
jantan normal, baik warna tubuh maupun warna matanya
·
Lalat
jantan warna tubuh normal, matanya putih
·
Lalat
jantan dengan warna tubuh kuning, matanya merah
·
Lalat
jantan dengan warna tubuh kuning, matanya putih
Hasil
ini merupakan petunjuk penting dalam usaha pembuatan peta kromosom-X, yaitu
bahwa lalat-lalat F2 yang betina tidak berguna, karena semuanya
normal.Lalat-lalat betina dapat dibuang dan kita cukup perhatikan lalat-lalat
jantannya saja, karena fenotipnya memperlihatkan 4 macam variasi.
a. Pembuatan
peta kromosom-X
Disinipun sebaiknya kita menggunakan
individu trihibrid agar akibat adanya pindah silang ganda dapat nampak dalam
keturunan.
Berdasarkan pengetahuan diatas, maka
disini trihibrid tidak diuju silang seperti halnya dengan pembuatan peta
autosom, melainkan dikawinkan dengan individu jantan normal.Kecuali itu kita
hanya

Gambar X-13. Diagram perkawinan pada lalat Drosophilla dimana gen-gennya terangkai pada kromosom-X. Semua lalat betina dalam F2
adalah normal, tetapi lalat jantannya terbagi atas 4 kelas fenotip. Tanda
dan
berarti banyak
lalat.


Memperhatikan
keturunan yang jantan saja, sedangkan keturunan yang betina tidak perlu diikut
sertakan dalam perhitungan.
Contohnya
:
Pada
lalat Dorsophilla dikenal gen-gen
yang terangkai seperti :
+ = gen yang menentukan mata berwarna merah (normal)
w = gen yang menentukan mata bewarna putih
+ = gen yang menentukan tubuh berwarna kelabu (normal)
y = gen yang menentukan tubuh berwarna kuning
+ = gen yang menentukan bulu tak bercabang (normal)
f = gen yang menentukan bulu bercabang
Pada
waktu lalat trihibrid betia dikawinkan dengan lalat jantan normal dihasilkan
keturunan misalnya sebagai berikut :


9 mata merah, tubuh
kelabu, bulu bercabang
87 mata putih, tubuh
kuning, bulu bercabang
50 mata putih, tubuh
kelabu, bulu bercabang
46 mata merah, tubuh
kuning, bulu tak bercabang
4 mata putih, tubuh
kuning, bulu tak bercabang
98 mata merah, tubuh
kelabu, bulu tak bercabang
4 mata merah, tubuh
kuning, bulu bercabang
Pertanyaannya :
1.
Pada
kromosom apakah gen-gen itu terangkai ? Berikan alasannya.
2.
Gambarkan
peta kromosom relatip.
3.
Hitunglah
koefisien interferensinya.
4.
Coba
buat diagram perkawinannya dimulai dari lalat parentalnya.
Jawabannya:
1.
Oleh
karena keturunanya dibedakan kelaminnya, maka dapat dipastikan bahwa gen-gen
tersebut terangkai pada kromosom-X.
2.
Terlebih
dahulu kita tulis keturunan dari hasil perkawinan itu dengan mengemukakan
gen-gen nya, yaitu sebagai berikut.


9 + + f
87 w y f
50 w + f
46 + y +
4 w y +
98 + + +
4 + y f
Tipe parental Tipe rekombinasi PSG
w
y f w
+ +
+ + + + y f
Apabila
tipe-tipe parental dibandingkan dengan tipe-tipe rekombinasi, maka nampak bahwa
ada perbedaan mengenai letak gen w.Berhubung dengan itu gen w seharusnya
terletak di tengah, sehingga urutan letak gen yang benar ialah y w f atau f w
y.Jadi tipe-tipe parental dengan memperlihatkan urutan letak gen yang benar
ialah :
y w f atau f w y
+ + + + + +
Andaikata
kita meggunakan susunan tipe parental yang pertama maka :
PS antara y – w = 

=
=
= 0,34 = 34%


PS antara w - f = 

=
=
0,0633 = 6,33%

Jadi : - jarak gen y – w = 34
unit
-
jarak
gen w – f = 6,33 unit
Gambar peta kromosom
relatip ialah sebagai berikut :
y 34 w
6.33 f
. . . . kromosom X
3. PSG yang sesungguhnya
= =
0,02

PSG yang diharapkan = 0,34 X 0,0633 =
0,02
KK =
=
1, sehingga KI = 1-1 = 0. Berarti tanpa interferensi.

4. Genotip lalat trihibridnya
ialah
.
Melihat genotipnya, maka lalat ini tentunya berasal dari lalat-lalat parental
dan
. Dengan demikian bentuk diagram
perkawinan yang dimulai dari lalat-lalat parental adalah sebagai berikut :







b. Berangkai,
Pindah Silang dan Kromosom pada Manusia
Pembuatan peta kromosom pada manusia
jauh lebih sukar daripada dengan menggunakan bahan lalat Drosophilla dan tumbuh-tumbuhan. Hal ini disebabkan karena beberapa
hal, antara lain:
1.
Pada
manusia tidak dapat dilakukan percobaan dengan cara mengawinkan manusia seperti
kehendak kita.
2.
Gen-gen
yang telah diketahui menimbulkan kelainan/penyakit pada manusia jarang dijumpai
dan biasanya pengaruh dari gen yang merugikan itu baru akan nampak setelah
beberapa generasi.
3.
Jumlah
kromosom di dalam inti sel tubuh manusia terlalu besar (yaitu 46 kromosom),
sehingga kemungkinan adanya gen-gen yang terangkai sangat kecil.
Meskipun
demikian pada manusia dikenal suatu penyakit semacam buta malam tetapi dapat
berakibat buta, yaitu penyakit Retinitis
pigmentosa. Penyakit ini disebabkan oleh gen dominan R yang terangkai tak
sempurna pada kromosom-X.
Contoh Soal:
1.
Seorang
perempuan yang menderita penyakit itu dan menikah dengan laki-laki normal akan
mempunyai anak yang semuanya menderita penyakit tersebut. (Gambar X-14)

Gambar X-14. Diagram perkawinan yang memperlihatkan menurunnya gen penyebab Retinitis pigmentosa
2.
Seorang
perempuan normal yang kawin dengan laki-laki penderita penyakit itu, menurut
perhitungan maka semua anak perempuan akan menderita penyakit itu, sedangkan
semua anak laki-laki akan normal. (Gambar X-15.)

Gambar X-15. Diagram perkawinan antara seorang perempuan normal dengan laki-laki Retinitis pigmentosa
3.
Seorang
perempuan normal yang kawin dengan laki-laki penderita penyakit itu, menurut
perhitungan maka semua anak perempuan normal, sedangkan semua anak laki-laki
akan menderita penyakit itu. (Gambar X-16.)

Gambar
X-16. Diagram silsilah dri keluarga yang menderita Retinitis pigmentosa. Keadaan yang
menyimpang disebabkan oleh terjadinya pindah silang
Dari
contoh soal no.3 terdapat penyimpangan dari yang diharapkan, karena seharusnya
semua anak perempuan menderita penyakit itu, sedangkan semua anak laki-laki
seharusnya normal. Kejadian ini disebabkan karena kromosom-X dari ayah membawa
gen dominan R, sedangkan pada segmen dari kromosom-Y yang homolog dengan
kromosom-X itu terdapat alelnya resesip r.
Kemudian,
terjadilah peristiwa pindah silang selama spermatogenese, sehingga didapatkan
anak dengan fenotip yang berbeda dari semestinya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun
kesimpulan untuk makalah ini adalah :
Peta kromosom adalah gambar skema
sebuah kromosom yang dinyatakan dalam sebuah garis lurus dimana diperlihatkan
lokus setiap gen yang terletak pada kromosom itu. Sentromer dari kromosom biasa
nya dianggap sebagai pangkal, maka diberi tanda 0 (angka 0).
Pautan antar lokus terjadi akibat
lokus gen-gen terletak pada satu kromosom dan berjarak dekat antara satu dengan
yang lainnya. Proses
pautan gen dapat terjadi bila apabila suatu gen atau 2 lokus gen diwariskan
secara bersamaan. Sedangkan pindah silang terjadi pada pertukaran 2 segmen
kromosom homolog.
B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna maka diharapkan untuk pembaca dapat lebih mengkaji secara rinci
mengenai materi peta kromosom dengan dengan diperbanyak nya daftar pustaka atau
referensi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Suryo. 2013. GENETIKA
untuk Strata 1. Yogyakarta. Gadjah Mada University press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar