Sabtu, 24 Maret 2018

MENDELISME


MAKALAH
MENDELISME


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
“Like father, like son”. Begitulah pepatah yang menyatakan bahwa seorang anak umumnya memiliki kemiripan dengan ayahnya. Secara biologis, pepatah tersebut ilmiah karena seorang anak selalu mewarisi gen dari ayahnya. Gen tersebutlah yang membawa sifat-sifat tertentu, baik yang tampak secara fisik,maupun yang tidak tampak secara fisik. Prinsip tentang gen dan pewarisan sifat model pertama kali dikemukakan oleh Gregor Mendel. Mendel mempelajari 7 jenis sifat yang diturunkan pada tanaman buncis dan menemukan teori persilangan untuk gen-gen yang independen. Teori tersebut menyatakan bahwa gen dari anak merupakan perpaduan (persilangan) dari gen-gen yang dari kedua orang tuanya. Pewarisan sifat dan kombinasi antar gen, tak jarang menghasilkan gen yang kurang diinginkan, seperti gen hemofilia dan albinism. Gen yang kurang diinginkan tersebut dapat dihindari dengan mempelajari pohon keluarga yang merepresentasikan pewarisan sifat antar generasi.
Penurunan sifat dapat terjadi melalui perkawinan antara dua individu sejenis. Perkawinan antara dua individu sejenis yang mempunyai sifat beda disebut persilangan. Sifat beda ditentukan oleh gen di dalam kromosom yang di turunkan dari generasi ke generasi berikutnya.
Hereditas dapat diartikan sebagai pewarisan atau pemindahan biologis karakteristik individu dari pihak orang tuanya. Pewarisan ini terjadi melalui proses genetis. Hereditas pada individu berupa warisan “spesific genes” yang berasal dari kedua orang tuanya. Genes terhimpun didalamnya kromosom-kromosom atau “colored bodies”. Kromosom-kromosom baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu berinteraksi membentuk pasangan-pasangan.
Semua sel dalam badan memiliki hereditas identik sebagai akibat dari adanya proses individuasi dan diferensiasi.Dasar Hereditas dari perbedaan individual adalah adanya kombinasi-kombinasi “genes” yang mengakibatkan adanya perubahan-perubahan “genes”.



B.     Rumusan Masalah
1.   Apakah yang dimaksud dengan perkawinan monohibrid dan bagaimana cara persilangannya?
2.   Apakah yang dimaksud dengan perkawinan dihibrid dan bagaimana cara persilangannya?
3.   Apakah yang dimaksud dengan perkawinan trihibrid dan bagaimana cara persilangannya?
4.   Apakah yang dimaksud dengan alel kodominan?
C.     Tujuan
1.   Mengetahui pengertian perkawinan monohibrid dan cara persilangannya.
2.   Mengetahui pengertian perkawinan dihibrid dan cara persilangan dihibrid.
3.   Mengetahui pengertian perkawinan trihibrid dan cara persilangan trihibrid.
4.   Mengetahui pengertian alel kodominan.



BAB II
PEMBAHASAN
Ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan  mendelisme :
Artinya :
“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S An-Nisa : 23)
            Menurut Yuwono (2001:42) menyatakan bahwa dalam sejarah perkembangan ilmu genetika, Gregor Mendel dikenal sebagai orang pertama yang memperkenalkan suatu sistem sederhana untuk menganalisis sifat-sifat genetik jasad hidup. Prinsip yang digunakan oleh Mendel cukup sederhana yaitu dengan membuat persilangan antar bunga Pisum sativum yang mempunyai fenotip berbeda-beda. Warna bunga dan kenampakan biji yang muncul dari hasil persilangan tersebut kemudian dijadikan dasar untuk melakukan analisis matematik. Melalui eksperimen yang dilakukannya, Mendel kemudian mengajukan konsep mengenai prinsip segregasi. Prinsip ini pada dasarnya mengatakan bahwa hanya satu alel dari suatu gen yang diturunkan dari sel induk ke sel keturunannya. Prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh Mendel kemudian dipergunakan sebagai analisis genetik pada jasad-jasad hidup yang lain, misalnya untuk mengetahui ada atau tidaknya tautan gen (gene linkage) antara gen-gen paada jasad renik. Perlu dipahami bahwa hukum Mendel yang kedua yaitu pengelompokan secara bebas, hanya berlaku untuk lokus-lokus yang terletak pada kromosom bukan homolog. Seringkali didapatkan penyimpangan dari hukum Mendel pada hasil persilangan suatu jasad karena adanya efek tautan gen. Meskipun demikian, prinsip prinsip seperti yang dikemukakan oleh Mendel masih dapat diterapkan sebagai dasar analisis genetik.
A.     Perkawinan Monohibrid
Perkawinan monohibrid adalah perkawinan dengan satu sifat beda, contohnya Aa.
1.   Dominansi
Mendel telah memilih tanaman ercis untuk percobaannya, karena :
a.    Tanaman ini hidupnya tak lama (merupakan tanaman setahun, mudah tumbuh dan mudah disilangkan)
b.    Memiliki bunga sempurna, artinya pada bunga itu terdapat benang sari (alat jantan) dan putih (alat betina), sehingga biasanya terjadi penyerbukan sendiri.
c.    Tanaman ini memiliki 7 sifat dengan perbedaan yang menyolok, seperti batang tinggi lawan kerdil, 2 polongan berwarna hijau lawan kuning, bunga berwarna ungu lawan putih, bunganya terletak aksial (sepanjang batang) lawan terminal (pada ujung batang), biji yang masak berwarna hijau lawan kuning, permukaan biji licin lawan berkerut, warna kulit biji abu-abu lawan putih.
            Diwaktu mendel mengawinkan tanaman ercis berbatang tinggi dengan yang berbatang kerdil, maka semua tanaman keturunan pertama seragam berbatang tinggi. Suatu tanda bahwa sifat tinggi mengalahkan sifat kerdil. Sifat demikian disebut sifat dominan, sifat yang dikalahkan disebut sifat resesif. Ketika tanaman-tanaman keturunan pertama tadi dibiarkan menyerbuk sendiri didapatkan tanaman-tanaman keturunan kedua yang memperlihatkan pemisahan dengan perbandingan kira-kira ¾ batang tinggi ¼ batang kerdil. Untuk menerangkan hasil percobaan mendel itu secara genetik perlu dikenal terlebih dahulu penggunaan beberapa simbol, seperti :
P = Induk atau orang tua ( asal dari bahasa latin parents = orang tua).
F = keturunan ( asal dari bahasa latin filius). Maka F1 = keturunan pertama, F2 = keturunan kedua, dan seterusnya.
♂ =  tanda kelamin jantan
♀ =  tanda kelamin betina
Gen biasanya diberi simbol dengan huruf pertama dari suatu sifat.  Gen dominan dinyatakan dengan huruf besar, sedang yang resesif dinyatakan dengan huruf kecil. Misalnya :
T = simbol untuk gen yang menentukan batang tinggi.
t = simbol untuk gen yang menentukan batang kerdil.
Oleh karena tanaman itu merupakan individu yang diploid, maka simbol tanaman ditulis dengan huruf dobel. Misalnya :
TT = simbol untuk tanaman berbatang tinggi.
tt = simbol untuk tanaman yang berbatang kerdil.
P                      ♀tt                   x                      ♂TT
                        Kerdil                                       tinggi
                        Gamet : t                                 gamet : T
F1                                             Tt
                                                Tinggi
F1 x F1             Tt                     x                      Tt
                        Tinggi                                      Tinggi

t
 

 

T
 
                        Gamet : T                                Gamet :T

 
F2        

T
 
1      TT
tinggi
2       Tt
tinggi

t
 
3     Tt
tinggi
4       tt
        kerdil

Gambar 1.1 Diagram perkawinan dari percobaan Mendel antara tanaman ercis berbatang tinggi dan kerdil.

            Sifat keturunan yang dapat kita amati atau lihat (warna, bentuk, ukuran) dinamakan fenotif. Sifat dasar yang tak tampak dan tetap (artinya tidak berubah-ubah karena lingkungan) pada suatu individu dinamakan genotif (misalnya TT dan tt). Stern (1930) berpendapat bahwa genotif dan lingkungan dapat menetapkan fenotif atau dengan lain perkataan fenotif merupakan resultante dari genotif dan lingkungan. Dengan demikian, maka 2 genotif yang sama dapat menunjukkan fenotif yang berlainan, apabila lingkungan bagi kedua fenotif itu berlainan. Contohnya anak kembar satu-telur tentuny memliki genotif yang sama, tetapi jika kedua anak itu dibesarkan dalam lingkungan yang berbeda maka akhirnya mereka masing-masing akan memiliki fenotif berlainan.
            Anggota dari sepasang gen yang memiliki pengaruh berlawanan disebut alel. Misalnya T menentukan sifat tinggi pada batang, sedangkan t menentukan batang kerdil. Maka T dan t merupakan alel. Tetapi andaikan R adalah gen yang menentukan warna merah pada bunga, maka T dan R bukan alel.
Homozigot ialah individu yang genotifnya terdiri dari alel yang sama (mislnya TT, tt) , sedangkan heterozigot adalah individu yang genotifnya terdiri dari pasangan alel yang tidak sama (misalnya Tt). Homozigot dapat dibedakan atas homozigot dominan (TT) dan homozigot resesif  (tt).
            Fenotip dua individu dapat sama tetapi genotipnya berbeda. Misalnya tanaman berbatang tinggi dapat mempunyai genotip TT atau Tt.
            Hasil perkawinan dua individu yang mempunyai dua sifat berbeda dinamakan hibrid, jadi tanaman F1 pada contoh dimuka merupakan hibrid. Berdasarkan banyaknya sifat beda yang terdapat pada suatu individu, dapat dibedakan:
1.    Monohibrid, ialah suatu hibrid dengan satu sifat beda (Aa)
2.    Dihibrid, ialah suatu hibrid dengan dua sifat beda (AaBb)
3.    Trihibrid. ialah suatu hibrid dengan tiga sifat beda (AaBbCc).

2.   Perkawinan monohibrid pada hewan
Menurut suryo (1984 : 5) menyatakan bahwa perkawinan monohibrid pada hewan seperti contohnya pada marmut, rambut marmut ada yang hitam dan ada yang putih (Albino). Marmut yang normal adalah yang berambut hitam, disebabkan karena ia memiliki gen dominan A yang menentukan pigmen melanin. Alelnya a dalam keadaan homozigotik. Menyebabkan melanin tidak terbentuk, sehingga marmut berambut putih. Perkawinan antara marmut jantan hitam dengan marmut betina albino menghasilkan keturunan F1 yang semuanya hitam. Jika anak-anaknya ini kawin sesamanya didapatkan keturunanan F2 yang memperlihatkan perbandingan fenotif 3 hitam : 1 albino. Perbandingan genotip nya adalah 1 AA : 2 Aa : 1aa.

P                   aa                    x                   AA
                        albino                                       hitam
F1                                                           Aa

 

a
 

A
 
                                                Hitam

 
F2                    

A
 
1             AA
hitam
2            Aa
hitam

a
 
3            Aa
hitam
4            aa
putih

Gambar 1.2 Diagram perkawinan antara marmo hitam dan albino.

3.   Perkawinan resiprok
            Perkawinan resiprok (perkawinan kebalikan) ialah perkawinan yang merupakan kebalikan dari perkawinan yang semula dilakukan.
Sebagai contoh dapat digunakan percobaan mendel pada tanaman ercis.
H= Gen untuk buahpolong berwarna hijau
h= Gen untuk buah polong berwarna kuning.
            Mula-mula dikawinkan tanaman ercis berbuah polong hijau dengan yang berbuah polong kuning. Semua tanaman F1 berbuah polong hijau. Keturunan F2 memisah dengan perbandingan fenotip 3 hijau : 1 kuning. Pada perkawinan resiproknya digunakan serbuk sari yang berasal dari tanaman berbuah polong kuning dan diberikan kepada bunga dari buah berpolong hijau.
                                                                        Resiproknya :
P        hh           x            HH                      P        HH       x           hh
            Kuning                      hijau                                hijau                     kuning
F1                         Hh                                       F1                     Hh
                          hijau                                                               hijau
            gamet ♂ : H dan h                                          gamet ♂ : H dan h
            gamet ♀ : H dan h                                          gamet ♀ : H dan h
F2         HH = polong hijau                               F2         HH = polong hijau
            Hh  = polong hijau                                           Hh = polong hijau
            Hh  = polong hijau                                           Hh = polong hijau
            Hh  = polong kuning                                        hh = polong kuning
Gambar 1.3 Perkawinan resiprok nampak menghasilkan keturunan yang sama, baik F1 maupun F2.

Jelaslah bahwa perkawinan resiprok menghasilkan keturunan yang sama.
4.   Perkawinan balik (“Backcross”)
            Ialah perkawinan antara individu F1 dengan induknya betina atau jantan. Ambillah sebagai contoh marmot.
B= Gen untuk warna hitam
b= Gen untuk warna putih.
            Jika marmot hitam homozigotik BB dikawinkan dengan marmot putih bb, maka semua kerurunan F1 seragam, yaitu Bb berwarna hitam.
Jika dilakukan perkawinan balik antara marmot F1 Dengan induk jantan (hitam),maka semua marmod F2 berwarna hitam ,meskipun genotipnya berbeda. Disini dapat dilihat bahwa dua individudpat mempunyai fenotip sama tetapi berlainan genotipnya.

P                      ♀BB                x                      ♂bb
                        Hitam                                      putih
F1                                            Bb
                                                Hitam
“backcross      ♀BB                x                      ♂Bb

 

B
 
                        Hitam                                      hitam

 
F2                    

B
 
BB
Hitam

b
 
Bb
Hitam

Gambar 1.4 Perkawinan balik dengan menggunakan induk yang homozigotik dominan.

5.   Ujisilang (‘’ tescross’’)
            Ialah perkawinan antara individu F1 (hibrid) dengan individu yang dobel resesip.
Pada contoh ini maka uji silang (‘’ tescross’’) menghasilkan keturunan 50% marmod hitam dan 50% marmod putih.
P                      ♀BB                x                   bb
                        Hitam                                      putih
F1                                             Bb                   
                                                Hitam
Uji silang          Bb                    x                      bb

 

B
 

b
 
                        Hitam                                      putih

 
F2          
Bb

b
 
Hitam
50%
Bb
Putih
50%

Gambar 1.5 Uji silang (“testcross”) pada monohibrid menghasilkan keturunan dengan perbandingan 1:1.

            Dapat diambil kesimpulan bahwa ujisilang (“testcross) terhadap individu monohibrid menghasilkan keturunan yang memperlihatkan perbandingan 1:1. Perkawinan demikian iru disebut uji silang, karena biasanya dilakukan untuk menguji ketidakmurnian suatu individu. Seperti pad contoh ini misalnya, andaikan saudara memiliki marmut hitam tentunya tidak akan mengetahui begitusaja apakah marmut itu homozigot atau heterozigot. Jika marmut hitam ini dikawinkan dengan marmut hitam pula, maka semua keturunan akan hitam. Tetapi jika dilakukan uji silang menggunakan individu yang doble resesip keturunannya memisah dengan perbandingan 1:1, maka dapat diambil kesimpulan bahwa marmut hitam yang saudara miliki itu heterozigot. Namun bila mana uji silang tadi menghasilkan keturunan hitam semua berarti marmut yang saudara miliki itu heterozigot.

6.   Sifat intermediet
Sebagai contoh dapat digunakan penyerbukan silang tanaman bunga pukul empat (Mirabilis jalapa). Jika serbuk sari berasal dari tanamna homozigot berbunga merah (genotip MM) diberikan kepada putik dari tanaman homozigot berbunga putih (genotip mm).
P                      ♀mm                           x                      ♂MM
                        Bunga putih                                         bunga merah
F1                                                         Mm
                                                Bunga merah jambu
                                                Serbuk sari : M dan m
                                                Sel telur : M dan m

F2           MM                  Mm                                          Mm                              mm
            Merah              merah jambu                           merah jambu               putih
 

Text Box: putihText Box: putihText Box: Merah  jambuText Box: Merah  jambuText Box: merahText Box: Merah  jambuText Box: Merah  jambuText Box: merahText Box: merahF3           MM                  MM Mm Mm mm                   MM Mm Mm mm       mm
Text Box: putih 



 

Gambar 1.6 Diagram perkawinan antara dua tanaman homozigot yang berbeda satu sifay, dimana terdapat sifat intermedier sampai dengan F3. Tanaman berbunga merah (MM) dan berbunga putih (mm) merupakan galur murni.

Maka didapatkan tanaman F1 heterozigot berbunga merah jambu (genotip Mm). Warna merah jambu ini disebut sifat intermediet (antara merah dan putih). Jika tanaman F1 dibiarkan mengadakan penyerbukan sendiri dan kemudian biji-biji nya ditanam, didapatkan tanam tanaman  f2 yang memperlhatkan perbandingan  1 merah : 2 merah jambu: 1 putih. Pada keturunan berikutnya F3 maka tanam tanaman yang berbunga merah akan terus menghasilkan tanaman berbunga merah. Begitupula tanaman  yang berbunga putih akan terus menghasilkan tanaman berbunga putih.tetapi tanaman yang berbunga merah jambu akan selalu menghasilkan keturunan yang memisah dengan perbandingan 1:2:1.

B.     Perkawinan Dihibrid
Menurut Stansfield (2007:236) menyatakan bahwa perkawinan dihibrid adalah perkawinan dengan 2 sifat beda. Bagian ini membahas pewarisan dua sifat atu lebih secara bersamaan, yang masing-masing disepsifikasi oleh sepasang  gen  autosoma  berbeda yang berpasangan secara bebas (dengan kata lain, gen-gen pada kromosom-kromosom berbeda yang bukan kromosom seks). Persilangan yang mengakibatkan analisis dua sifat yang saling bebas disebut persilangan dihibrid. Tipe persilangan ini menunjukan hukum kedua mendel, yaitu hukum perpasangan bebas. Dalam persilangan dihibrid konvensional dua induk galur murni dikawinkan untuk menghasilkan generasi F1. Hibrid F1 lalu disilangkan untuk menghasilkan generasi F2
Hukum Mendell II dikenal dengan Hukum Independent Assortment, menyatakan: “bila dua individu berbeda satu dengan yang lain dalam dua pasang sifat atau lebih, maka diturunkannya sifat yang sepasang itu tidak bergantung pada sifat pasangan lainnya”. Hukum ini berlaku untuk persilangan dihibrid (dua sifat beda) atau lebih.
dihibridContoh: disilangkan ercis berbiji bulat warna kuning (dominan) dengan ercis berbiji kisut warna hijau (resesif)










Gambar 2.1 Diagram persilangan antara dua tanaman ercis dengan dua sifat beda.





1.   Semidominansi dalam dihibrid
            Pada semidominansi (artinya dominansi tidak nampak penuh,sehingga ada sifat intermediet) maka hasil perkawinan monohibrid menghasilkan keturunan dengan perbandingan 1:2:1. Tentunya mudah dimengerti bahwa pada semidominansi, perkawinan dihibrid akan menghasilkan keturunan dengan perbandingan 1:2:1 X 1:2:1 = 1:2:1:2:4:2:1:2:1.
 Contohnya tanaman bunga pukul empat ada yang berdaun lebar (genotip LL) dan ada yang berdaun sempit (genotip ll). Sedangkan yang berdaun sedang bersifat heterozigot (genotip Ll). Bunga nya ada yang bewarna merah (genotip MM), ada yang putih (genotip mm) dan ada yang bewarna merah jambu (genotip Mm) jika tanaman berdaun sempit bunga putih disilangkan dengan tanaman homozigot berdaun lebar bunga merah maka tanaman F1 bersifat intermediet berdaun sedang dan berbuah merah jambu tanam tanaman F2 akan memperlihatkan 16 kombinasi dengan perbandingan  1:2:1:2:4:2:1:2:1 
                        P          LLMM                       x                   llmm
                 Lebar-merah                                       sempit-putih
                 Gamet : LM                                         gamet : lm
F1                                                  LlMm
                                         Sedang-merah jambu

 

lm
 

lm
 

Lm
 

LM
 
                                                     (intermedier)

 

LM
 
F2                 
LLMM
LLMm
LlMM
LlMm

lM
 

Lm
 
LLMm
LLmm
LlMm
Llmm
LlMM
LlMm
llMM
llMm

lm
 
LlMm
Llmm
llMm
llmm

Fenotip
Genotip
Perbandingan
Genotip
Fenotip
Lebar-merah
LLMM
1
1
Lebar-merah jambu
LLMm
2
2
Lebar-putih
LLmm
1
1
Sedang-merah
LlMM
2
2
Sedang-merah jambu
LlMm
4
4
Sedang-putih
Llmm
2
2
Sempit-merah
IIMM
1
1
Sempit-merah jambu
IIMm
2
2
Sempit-putih
IImm
1
1

Gambar 2.2 Diagram perkawinan pada tanaman bunga pukul emat antara yang berdaun sempit-bunga putih dengan homozigot berdaun lebar-bunga merah, dimana terdapat semidominasi.

2.    Perkawinan dihibrid pada hewan
            Pada marmut misalnya, rambut hitam (ditentukan oleh gen H ) adalah dominan terhadap rambut putih (ditentukan oleh gen h). Rambut kasar (ditentukan oleh gen K) dominan pula terhadap rambut halus (ditentukan oleh gen k). Cara menurun nya gen-gen tersebut sama dengan contoh pada tanaman, sehingga dalam F2 akan didapatkan perbandingan 9 hitam kasar : 3 hitam halus: 3 putih kasar: 1 putih halus.

3.   Ujisilang (“testcross”) pada dihibrid
Marilah kita perhatikan kembali contoh pada tanaman ercis dengan sifat-sifatnya mengenai bentuk dan warna biji. Seperti diketahui B= biji bulat, b=biji keriput, K=biji kuning k=biji hijau.
Jika tanaman berbiji bulat kuning homozigot (BBKK) disilangkan dengan tanamna berbiji keriput hijau (bbkk), maka tanaman F1 merupakan dihibrid berbiji bulat kuning. Pada waktu dilakukan uji silang pada tanaman dihibrid ini didapatkan keturunan dengan perbandingan 1:1:1:1.
P                                   BBKK              x                                          bbkk
                                   Bulat-kuning                                                    keriput-hijau
F1                                                          BbKk
                                                       Bulat-kuning
Uji silang : ♀                     BbKk               x                                          bbkk
                                  Bulat-kuning                                                     keriput-hijau
                 Gamet ♀ : BK, Bk, bK,bk
F2                         BbKk = bulat-kuning   (25%)
                             Bbkk = bulat-hijau       (25%)
                             bbKk = keriput-kuning (25%)
                             bbkk = keriput-hijau    (25%)

Gambar 2.3 Uji silang (“testcross”) pada dihibrid (BbKk x bbkk) yang menghasilkan keturunan dengan perbandingan 1:1:1:1.

4.   Perhitungan Matematika
Dari pelajaran dimuka dapat disusun beberapa rumus untuk diterapkan pada berbagai kejadian, seperti :
a.   Meramal banyakanya macam gamet yang dapat dibentuk hibrid.
Untuk tujuan ini digunakan rumus 2n.
Angkan 2 menunjukan bahwa pada setiap pasang alel akan terjadi dua macam gamet, sedangkan n menunjukan jumlah pasangan alel atau banykanya sifat beda. Jadi :
1)  Monohibrid (Aa) menghasilkan 2n = 21 = 2 macam gamet (A dan a)
2)  Dihibrid (AaBb) menghasilkan 2n = 22 = 4 macam gamet (AB,Ab,aB,ab)

b.   Meramal banyaknya kombinasi dalam F2
Digunakan rumus (2n)2. Jadi :
1)  Monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan (2n)2 = (21)2 = 4 kombinasi ialah AA,Aa,Aa,aa
2)  Dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan (2n)2 = (22)2 = 16 kombinasi

c.    Meramal banyaknya fenotip dalam F2
Digunakan rumus 2n jadi :
1)  Monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan 2n = 21 = 2 fenotip yang dinyatakan oleh A dan a.
2)  Dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan 2n = 22 = 4 fenotip yang dinyatakan oleh AB,Ab,aB,ab

d.   Meramal banyaknya individu yang genotip dan fenotipnya persis hibridnya. Digunakan rumus 2n. Jadi :
1)  Monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan 2n = 21 = 2 individu yang persis hibridnya, ialah Aa dan Aa
2)  Dihibrib (AaBb x AaBb) menghasilkan 2n = 22 = 4 individu yang persis hibridnya.

e.   Meramal banyaknya individu yang homozigot
Digunakan rumus 2n jadi
1)  Monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan 2n  = 21 = 2 individu homozigot, aialah AA, dan aa
2)  Dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan 2n = 22 = 4 individu homozigot.

f.    Meramal banyaknya kombinasi baru yang homozigot
Digunakan rumus 2n – 2 jadi
1)  Monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan 0 kombinasi baru yang homozigot.
2)  Dihibrid (AaBb x AaBb) mengahsilkan 2n – 2 = 22 – 2 = 2 kombinasi baru yang homozigot yaitu AAbb dan aaBB.

g.   Meramal banyaknya macam genotip dalam F2
Digunakan rumus 3n jadi
1)  Monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan 3n = 31 = 3 macam genotip ialah AA,Aa, dan aa.   
2)  Dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan 3n = 32 = 9 macam genotip ialah AABB, AABb, AaBB, AaBb, AAbb,Aabb,aaBB,aaBb, dan aabb.
Banyaknya sifat beda
Macamnya gamet dari F1
Banyaknya kombinasi dalam F2
Banyaknya fenotip dalam F2
Banyaknya kombinasi persis F1
Banyaknya kombinasi homozigotik
Banyaknya kombinasi baru yang homozigot.
Banyaknya macam gen
Genotip dalam
F2
1
2
3
4
n
2
4
8
16
2n
4
16
64
256
(2n)2
2
4
8
16
2n
2
4
8
16
2n
2
4
8
16
2n
0
2
6
14
2n - 2
3
9
27
81
3n

Gambar 2.4 Hubungan antara banyaknya sifat beda, gamet, kombinasi F2, fenotip F2, genotip F2 apabila terdapat dominansi.






C.     Perkawinan trihibrid
 Pada perkawinan ini diperhatikan tiga sifat berbeda. Contohnya pada tanaman ercis terdapat tiga sifat beda yang masing-masing ditentukan oleh pasangan gen sebagai berikut:
M= gen untuk warna merah pada bunga
m=  gen untuk warna putih pada bunga
K= gen untuk warna kuning pada biji
k= gen untuk warna hijau pada biji
B= gen untuk bentuk bulat pada biji
b= gen untyuk bentuk keriput pada biji
Jika serbuk sari berasal dari tanaman berbunga putih, biji hijau keriput diberikan pada putik dari tanaman homozigot berbunga merah, biji kuning bulat, maka tanaman F1 berupa suatu trihibrid yang berbunga merah, biji kuning bulat.
P                      MMKKBB                                x                      mmkkbb
            Merah, kuning, bulat                                       putih, hijau, keriput
                        Gamet : MKB                                                  gamet : mkb
F1                                                         MmKkBb
                                                            Merah, kuning, bulat
Gambar 3.1 Persilangan 3 sifat beda.
Sesuai rumus dimuka, tanaman trihibrid ini akna  membentuk 2n = 23 = 8 macam gamet, yaitu:
--- Gamet betina : MKB,MKb, MkB, mKB, Mkb, mKb, mkB, mkb
--- Gamet jantan : MKB, MKb, MkB, mKB, Mkb, mKb, mkB, mkb
Apabila tanaman F1 itu mengadakan penyerbukan sendiri, maka menurut rumusnya akan menghasilkan F2 yang terdiri dari (2n)2 = (23)2 = 64 kombinasi. Perinciniannya sebagi berikut:


27 kombinasi MKB (merah, kuning, bulat) ... memiliki 3 gen dominan
9 kombinasi MKb (merah, kuning, keriput)
9 kombinasi MkB (merah, hijau, bulat)                           memiliki 2 gen dominan
9 kombinasi mKB (putih, kuning, bulat)
3 kombinasi Mkb (merah, hijau, keriput)
3 kombinasi mKb (putih, kuning, keriput)                              memiliki 1 gen dominan
3 kombinasi mkB (putih, hijau, bulat)
1 kombinasi mkb (putih, hijau, keriput) ..... memiliki 0 gen dominan
 64 kombinasi
Jadi perkawinan trihibrid menghasilkan keturunan dengan perbandingan 27:9:9:9:3:3:3:1.

Angka perbandingan ini dapat juga ditulis sebagai berikut:
                                    Menunjukan banyaknya gen dominan
   
1     x      3 3       :             3 x 32               :       3x31              :     1x30   
                                    Angka tetap
                        angka mengikuti hukum segitiga Paskal
Dengan demikian, maka dengan mudah kita dapat mengetahui bentuk berbandingan yang akan diperoleh dalam keturunan dari perkawinan hibrid.
Sebagai contoh:
Berapa banyak kombinasi akan diperoleh dalam keturunan dari perkawinan tetrahibriddan bagaimanakah bentuk berbandingan dalam keturunan itu?
Jawabnya:
Suatu tertahibrid mempunyai genotip misalnya AaBbCcDd. Perkawinan AaBbCcDd x AaBbCcDd akan menghasilkan (2n)2 = (24)2 = 256 kombinasi dalam keturunan.
Untuk mencari perbandingannya dapat ditempuh jalan sebagai berikut:
Menurut hukum segitiga Paskal:
1           1                                               untuk perkawinan monohibrid
1          2         1                                            untuk perkawinan dihibrid
1           3        3        1                                           untuk perkawinan trihibrid
1          4          6          4        1                                       untuk perkawinan tetrahibrid
       Jadi perbandingan itu berbentuk sebagai berikut:
1x34 : 4x33 : 6x33 : 4x31 : 1x30  atau diuraikan menjadi 81:27:27:27:27:9:9:9:9:9:9:3:3:3:3:1.

D.     Alel Kodominan
Kadang –kadang sepasang alel dalam keadaan heterozigot tidak menghasilkan sifat intermedier melainkan membentuk sifat baru. Alel demikian disebut alel kodominan.
Contoh : pada sapi luar negri shorthorn dikenal 3 warna, yaitu merah, coklat, dan putih. Cara memberi tanda untuk alel kodominan berbeda dari biasanya ialah sebagai berikut :
a.      Sapi merah mempunyai genotip CRCR
b.      Sapi coklat mempunyai genotip CRCW
c.      Sapi putih mempunyai genotip CWCW
Warna coklat bukanlah warna intemedier antara merah dan putih.
Perkawinan dua ekor sapi coklat akan mengjasilkan keturunan yang memperlihatkan perbandingan fenotip 1merah: 2 coklat:1putih
P             CRCW                        x          ♂CRCW
                  Sapi coklat                              sapi coklat
      Gamet : CR, CW                                Gamet : CR, CW

F1                                                   CRCR  = Sapi merah
                                                      CRCW = Sapi coklat
                                                      CRCW = Sapi coklat
                                                      CWCW = sapi putih

Gambar 4.1 Diagram perkawinan pada sapi Shorthorn, dimana alel kodominan mengambil peranan.
Jia sapi jantan merah kawin dengan sapi betina coklat, dihasilkan sapi F1 dengan perbandingan fenotip 1 merah:1 coklat. Bagaimanakah perkariaan kita mengenai keturunan F2 apabila sapi-sapi F1 diberi kesempatan kawain secara bebas? Karena F1 Terdiri dari sapi merah dan coklat, tentunya mudah dimengerti bahwa ada kemungkinan empat macam perkawinan yaitu
1.      Sapi jantan merah X sapi betina merah
2.      Sapi jantan merah X sapi betina coklat
3.      Sapi jantan coklat X sapi betina merah
4.      Sapi jantan coklat X Sapi betina coklat

Jika semua kemungkinan itu dijumlah, maka akhirnya dalam  F2 akan didapatkan keturunan dengan perbandinagn fenotip 9/16 merah : 6/16 coklat: 1/16 putih.

P          ♀ CRCW                     x                      ♂ CRCR
             Sapi coklat                                         sapi merah
            Gamet  : CR, CW                               Gamet : CR
F1                                                           CRCR = Sapi merah
                                                CRCW = Sapi coklat

Macam Perkawinan
Banyaknya Perkawinan
Keturunan F2
Merah
Coklat
Putih
Merah x Merah
Merah x Coklat
Coklat x Coklat
1/4
1/2
1/4
¼
1/4
1/16
-
1/4
1/8
-
-
1/16
Jumlah
9/16
6/16
1/16

Gambar 4.2 Diagram perkawinan antara sapi jantan merah dengan sapi betina coklat, jika sapi-sappi F1 dibiarkan kawin secara bebas, maka dalam F2 didapatkan keturunan dengan perbandingan 9:6:1.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.    Perkawinan monohibrid adalah perkawinan dengan satu sifat beda, contohnya Aa. Dalam perkawinan monohibrid terdapat juga dominasi, perkawinan monohibrid pada hewan, perkawinan resiprok, perkawinan balik, uji silang dan sifat intermedier.
2.    Perkawinan dihibrid adalah perkawinan dengan dua sifat beda. Dalam perkawinan dihibrid terdapat juga semidominansi dalam dihibrid, perkawinan dihibrid pada hewan, uji silang, dan perhitungan matematika.
3.    Perkawinan trihibrid adalah perkawinan dengan tiga sifat beda.
4.    Alel kodominan adalah sepasang alel dalam keadaan heterozigotik tidak menghasilkan sifat intermedier, melainkan membentuk sifat baru.




DAFTAR PUSTAKA
Stansfield, Wiliam. 2007. Genetika Edisi Keempat. Jakarta:Erlangga.
Suryo. 1984. Genetika Strata 1. Yogyakarta:UGM.
Yuwono, Triwibowo. 2001. Biologi Molekuler. Jakarta:Erlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar