MAKALAH
MENDELISME
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
“Like
father, like son”. Begitulah pepatah yang menyatakan bahwa seorang anak umumnya
memiliki kemiripan dengan ayahnya. Secara biologis, pepatah tersebut ilmiah
karena seorang anak selalu mewarisi gen dari ayahnya. Gen tersebutlah yang
membawa sifat-sifat tertentu, baik yang tampak secara fisik,maupun yang tidak
tampak secara fisik. Prinsip tentang gen dan pewarisan sifat model pertama kali
dikemukakan oleh Gregor Mendel. Mendel mempelajari 7 jenis sifat yang
diturunkan pada tanaman buncis dan menemukan teori persilangan untuk gen-gen
yang independen. Teori tersebut menyatakan bahwa gen dari anak merupakan
perpaduan (persilangan) dari gen-gen yang dari kedua orang tuanya. Pewarisan
sifat dan kombinasi antar gen, tak jarang menghasilkan gen yang kurang
diinginkan, seperti gen hemofilia dan albinism. Gen yang kurang diinginkan
tersebut dapat dihindari dengan mempelajari pohon keluarga yang
merepresentasikan pewarisan sifat antar generasi.
Penurunan
sifat dapat terjadi melalui perkawinan antara dua individu sejenis. Perkawinan
antara dua individu sejenis yang mempunyai sifat beda disebut persilangan. Sifat
beda ditentukan oleh gen di dalam kromosom yang di turunkan dari generasi ke
generasi berikutnya.
Hereditas
dapat diartikan sebagai pewarisan atau pemindahan biologis karakteristik
individu dari pihak orang tuanya. Pewarisan ini terjadi melalui proses genetis.
Hereditas pada individu berupa warisan “spesific genes” yang berasal dari kedua
orang tuanya. Genes terhimpun didalamnya kromosom-kromosom atau “colored
bodies”. Kromosom-kromosom baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu
berinteraksi membentuk pasangan-pasangan.
Semua
sel dalam badan memiliki hereditas identik sebagai akibat dari adanya proses
individuasi dan diferensiasi.Dasar Hereditas dari perbedaan individual adalah
adanya kombinasi-kombinasi “genes” yang mengakibatkan adanya perubahan-perubahan
“genes”.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apakah
yang dimaksud dengan perkawinan monohibrid dan bagaimana cara persilangannya?
2.
Apakah
yang dimaksud dengan perkawinan dihibrid dan bagaimana cara persilangannya?
3.
Apakah
yang dimaksud dengan perkawinan trihibrid dan bagaimana cara persilangannya?
4.
Apakah
yang dimaksud dengan alel kodominan?
C. Tujuan
1.
Mengetahui
pengertian perkawinan monohibrid dan cara persilangannya.
2.
Mengetahui
pengertian perkawinan dihibrid dan cara persilangan dihibrid.
3.
Mengetahui
pengertian perkawinan trihibrid dan cara persilangan trihibrid.
4.
Mengetahui
pengertian alel kodominan.
BAB II
PEMBAHASAN
Ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan mendelisme :

Artinya :
“Diharamkan atas kamu (mengawini)
ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan,
saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan;
anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan
dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara
perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam
pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum
campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu
mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu);
dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali
yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang”. (Q.S An-Nisa : 23)
Menurut
Yuwono (2001:42) menyatakan bahwa dalam sejarah perkembangan ilmu genetika,
Gregor Mendel dikenal sebagai orang pertama yang memperkenalkan suatu sistem
sederhana untuk menganalisis sifat-sifat genetik jasad hidup. Prinsip yang
digunakan oleh Mendel cukup sederhana yaitu dengan membuat persilangan antar
bunga Pisum sativum yang mempunyai
fenotip berbeda-beda. Warna bunga dan kenampakan biji yang muncul dari hasil
persilangan tersebut kemudian dijadikan dasar untuk melakukan analisis
matematik. Melalui eksperimen yang dilakukannya, Mendel kemudian mengajukan
konsep mengenai prinsip segregasi. Prinsip ini pada dasarnya mengatakan bahwa
hanya satu alel dari suatu gen yang diturunkan dari sel induk ke sel
keturunannya. Prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh Mendel kemudian
dipergunakan sebagai analisis genetik pada jasad-jasad hidup yang lain,
misalnya untuk mengetahui ada atau tidaknya tautan gen (gene linkage) antara gen-gen paada jasad renik. Perlu dipahami
bahwa hukum Mendel yang kedua yaitu pengelompokan secara bebas, hanya berlaku
untuk lokus-lokus yang terletak pada kromosom bukan homolog. Seringkali
didapatkan penyimpangan dari hukum Mendel pada hasil persilangan suatu jasad
karena adanya efek tautan gen. Meskipun demikian, prinsip prinsip seperti yang
dikemukakan oleh Mendel masih dapat diterapkan sebagai dasar analisis genetik.
A. Perkawinan
Monohibrid
Perkawinan
monohibrid adalah perkawinan dengan satu sifat beda, contohnya Aa.
1. Dominansi
Mendel telah memilih tanaman ercis untuk
percobaannya, karena :
a.
Tanaman
ini hidupnya tak lama (merupakan tanaman setahun, mudah tumbuh dan mudah
disilangkan)
b.
Memiliki
bunga sempurna, artinya pada bunga itu terdapat benang sari (alat jantan) dan
putih (alat betina), sehingga biasanya terjadi penyerbukan sendiri.
c.
Tanaman
ini memiliki 7 sifat dengan perbedaan yang menyolok, seperti batang tinggi
lawan kerdil, 2 polongan berwarna hijau lawan kuning, bunga berwarna ungu lawan
putih, bunganya terletak aksial (sepanjang batang) lawan terminal (pada ujung
batang), biji yang masak berwarna hijau lawan kuning, permukaan biji licin
lawan berkerut, warna kulit biji abu-abu lawan putih.
Diwaktu
mendel mengawinkan tanaman ercis berbatang tinggi dengan yang berbatang kerdil,
maka semua tanaman keturunan pertama seragam berbatang tinggi. Suatu tanda
bahwa sifat tinggi mengalahkan sifat kerdil. Sifat demikian disebut sifat
dominan, sifat yang dikalahkan disebut sifat resesif. Ketika tanaman-tanaman
keturunan pertama tadi dibiarkan menyerbuk sendiri didapatkan tanaman-tanaman
keturunan kedua yang memperlihatkan pemisahan dengan perbandingan kira-kira ¾
batang tinggi ¼ batang kerdil. Untuk menerangkan hasil percobaan mendel itu
secara genetik perlu dikenal terlebih dahulu penggunaan beberapa simbol,
seperti :
P
= Induk atau orang tua ( asal dari bahasa latin parents = orang tua).
F
= keturunan ( asal dari bahasa latin filius). Maka F1 = keturunan pertama, F2 =
keturunan kedua, dan seterusnya.
♂
= tanda kelamin jantan
♀
= tanda kelamin betina
Gen
biasanya diberi simbol dengan huruf pertama dari suatu sifat. Gen dominan dinyatakan dengan huruf besar,
sedang yang resesif dinyatakan dengan huruf kecil. Misalnya :
T
= simbol untuk gen yang menentukan batang tinggi.
t
= simbol untuk gen yang menentukan batang kerdil.
Oleh
karena tanaman itu merupakan individu yang diploid, maka simbol tanaman ditulis
dengan huruf dobel. Misalnya :
TT
= simbol untuk tanaman berbatang tinggi.
tt
= simbol untuk tanaman yang berbatang kerdil.
P ♀tt x ♂TT
Kerdil tinggi
Gamet
: t gamet
: T
F1 Tt
Tinggi
F1 x F1 Tt x Tt
Tinggi Tinggi
|
|
|

|
tinggi
|
2 Tt
tinggi
|
||
tinggi
|
4 tt
kerdil
|
Gambar
1.1 Diagram
perkawinan dari percobaan Mendel antara tanaman ercis berbatang tinggi dan
kerdil.
Sifat keturunan yang dapat kita
amati atau lihat (warna, bentuk, ukuran) dinamakan fenotif. Sifat dasar yang
tak tampak dan tetap (artinya tidak berubah-ubah karena lingkungan) pada suatu
individu dinamakan genotif (misalnya TT dan tt). Stern (1930) berpendapat bahwa
genotif dan lingkungan dapat menetapkan fenotif atau dengan lain perkataan
fenotif merupakan resultante
dari genotif dan lingkungan. Dengan demikian, maka 2 genotif yang sama dapat
menunjukkan fenotif yang berlainan, apabila lingkungan bagi kedua fenotif itu
berlainan. Contohnya anak kembar satu-telur tentuny memliki genotif yang sama,
tetapi jika kedua anak itu dibesarkan dalam lingkungan yang berbeda maka
akhirnya mereka masing-masing akan memiliki fenotif berlainan.
Anggota dari sepasang gen yang
memiliki pengaruh berlawanan disebut alel. Misalnya T menentukan sifat tinggi
pada batang, sedangkan t menentukan batang kerdil. Maka T dan t merupakan alel.
Tetapi andaikan R adalah gen yang menentukan warna merah pada bunga, maka T dan
R bukan alel.
Homozigot ialah individu yang genotifnya
terdiri dari alel yang sama (mislnya TT, tt) , sedangkan heterozigot adalah
individu yang genotifnya terdiri dari pasangan alel yang tidak sama (misalnya
Tt). Homozigot dapat dibedakan atas homozigot dominan (TT) dan homozigot
resesif (tt).
Fenotip dua individu dapat sama
tetapi genotipnya berbeda. Misalnya tanaman berbatang tinggi dapat mempunyai
genotip TT atau Tt.
Hasil perkawinan dua individu yang
mempunyai dua sifat berbeda dinamakan hibrid, jadi tanaman F1 pada
contoh dimuka merupakan hibrid. Berdasarkan banyaknya sifat beda yang terdapat
pada suatu individu, dapat dibedakan:
1.
Monohibrid,
ialah suatu hibrid dengan satu sifat beda (Aa)
2.
Dihibrid,
ialah suatu hibrid dengan dua sifat beda (AaBb)
3.
Trihibrid.
ialah suatu hibrid dengan tiga sifat beda (AaBbCc).
2. Perkawinan
monohibrid pada hewan
Menurut suryo
(1984 : 5) menyatakan bahwa perkawinan monohibrid pada hewan seperti contohnya
pada marmut, rambut marmut ada yang hitam dan ada yang putih (Albino). Marmut
yang normal adalah yang berambut hitam, disebabkan karena ia memiliki gen
dominan A yang menentukan pigmen melanin. Alelnya a dalam keadaan homozigotik.
Menyebabkan melanin tidak terbentuk, sehingga marmut berambut putih. Perkawinan
antara marmut jantan hitam dengan marmut betina albino menghasilkan keturunan
F1 yang semuanya hitam. Jika anak-anaknya ini kawin sesamanya didapatkan
keturunanan F2 yang memperlihatkan perbandingan fenotif 3 hitam : 1 albino.
Perbandingan genotip nya adalah 1 AA : 2 Aa : 1aa.
P ♀ aa x ♂ AA
albino hitam
F1 Aa
|
|
|
|

hitam
|
2 Aa
hitam
|
||
hitam
|
4 aa
putih
|
Gambar
1.2 Diagram
perkawinan antara marmo hitam dan albino.
3. Perkawinan
resiprok
Perkawinan resiprok (perkawinan
kebalikan) ialah perkawinan yang merupakan kebalikan dari perkawinan yang
semula dilakukan.
Sebagai contoh dapat digunakan percobaan mendel
pada tanaman ercis.
H=
Gen untuk buahpolong berwarna hijau
h=
Gen untuk buah polong berwarna kuning.
Mula-mula dikawinkan tanaman ercis
berbuah polong hijau dengan yang berbuah polong kuning. Semua tanaman F1 berbuah
polong hijau. Keturunan F2 memisah dengan perbandingan fenotip 3
hijau : 1 kuning. Pada perkawinan resiproknya digunakan serbuk sari yang
berasal dari tanaman berbuah polong kuning dan diberikan kepada bunga dari buah
berpolong hijau.
Resiproknya
:
P ♀
hh x ♂
HH P ♀
HH x ♂
hh
Kuning hijau
hijau kuning
F1 Hh F1
Hh
hijau hijau
gamet
♂ : H dan h gamet ♂
: H dan h
gamet
♀ : H dan h gamet ♀
: H dan h
F2 HH = polong hijau F2
HH = polong hijau
Hh = polong hijau Hh = polong hijau
Hh = polong hijau Hh = polong hijau
Hh = polong kuning hh = polong kuning
Gambar
1.3 Perkawinan
resiprok nampak menghasilkan keturunan yang sama, baik F1 maupun F2.
Jelaslah bahwa
perkawinan resiprok menghasilkan keturunan yang sama.
4. Perkawinan
balik (“Backcross”)
Ialah perkawinan antara individu F1
dengan induknya betina atau jantan. Ambillah sebagai contoh marmot.
B=
Gen untuk warna hitam
b=
Gen untuk warna putih.
Jika marmot hitam homozigotik BB
dikawinkan dengan marmot putih bb, maka semua kerurunan F1 seragam,
yaitu Bb berwarna hitam.
Jika dilakukan perkawinan balik antara marmot F1
Dengan induk jantan (hitam),maka semua marmod F2
berwarna hitam ,meskipun genotipnya berbeda. Disini dapat dilihat bahwa dua
individudpat mempunyai fenotip sama tetapi berlainan genotipnya.
P ♀BB x ♂bb
Hitam putih
F1 Bb
Hitam
“backcross ♀BB x ♂Bb
|
|

|
Hitam
|
||
Hitam
|
Gambar
1.4
Perkawinan balik dengan menggunakan induk yang homozigotik dominan.
5. Ujisilang
(‘’ tescross’’)
Ialah perkawinan antara individu F1
(hibrid) dengan individu yang dobel resesip.
Pada contoh ini maka uji silang (‘’ tescross’’)
menghasilkan keturunan 50% marmod hitam dan 50% marmod putih.
P ♀BB x ♂ bb
Hitam putih
F1 Bb
Hitam
Uji
silang Bb x bb
|
|
|
|

Bb
50%
|
Bb
Putih
50%
|
Gambar 1.5 Uji
silang (“testcross”) pada monohibrid menghasilkan keturunan dengan perbandingan
1:1.
Dapat diambil kesimpulan bahwa
ujisilang (“testcross) terhadap individu monohibrid menghasilkan keturunan yang
memperlihatkan perbandingan 1:1. Perkawinan demikian iru disebut uji silang,
karena biasanya dilakukan untuk menguji ketidakmurnian suatu individu. Seperti
pad contoh ini misalnya, andaikan saudara memiliki marmut hitam tentunya tidak
akan mengetahui begitusaja apakah marmut itu homozigot atau heterozigot. Jika
marmut hitam ini dikawinkan dengan marmut hitam pula, maka semua keturunan akan
hitam. Tetapi jika dilakukan uji silang menggunakan individu yang doble resesip
keturunannya memisah dengan perbandingan 1:1, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa marmut hitam yang saudara miliki itu heterozigot. Namun bila mana uji
silang tadi menghasilkan keturunan hitam semua berarti marmut yang saudara
miliki itu heterozigot.
6. Sifat
intermediet
Sebagai contoh
dapat digunakan penyerbukan silang tanaman bunga pukul empat (Mirabilis jalapa). Jika serbuk sari
berasal dari tanamna homozigot berbunga merah (genotip MM) diberikan kepada
putik dari tanaman homozigot berbunga putih (genotip mm).

Bunga
putih bunga
merah
F1 Mm
Bunga
merah jambu
Serbuk
sari : M dan m



F2 MM Mm Mm mm


![]() |
![]() |










![]() |
Gambar
1.6
Diagram perkawinan antara dua tanaman homozigot yang berbeda satu sifay, dimana
terdapat sifat intermedier sampai dengan F3. Tanaman berbunga merah
(MM) dan berbunga putih (mm) merupakan galur murni.
Maka
didapatkan tanaman F1 heterozigot berbunga merah jambu (genotip Mm).
Warna merah jambu ini disebut sifat intermediet (antara merah dan putih). Jika
tanaman F1 dibiarkan mengadakan penyerbukan sendiri dan kemudian
biji-biji nya ditanam, didapatkan tanam tanaman
f2 yang memperlhatkan perbandingan 1 merah : 2 merah jambu: 1 putih. Pada
keturunan berikutnya F3 maka tanam tanaman yang berbunga merah akan
terus menghasilkan tanaman berbunga merah. Begitupula tanaman yang berbunga putih akan terus menghasilkan
tanaman berbunga putih.tetapi tanaman yang berbunga merah jambu akan selalu
menghasilkan keturunan yang memisah dengan perbandingan 1:2:1.
B. Perkawinan
Dihibrid
Menurut Stansfield (2007:236)
menyatakan bahwa perkawinan dihibrid adalah perkawinan dengan 2 sifat beda. Bagian
ini membahas pewarisan dua sifat atu lebih secara bersamaan, yang masing-masing
disepsifikasi oleh sepasang gen autosoma
berbeda yang berpasangan secara bebas (dengan kata lain, gen-gen pada
kromosom-kromosom berbeda yang bukan kromosom seks). Persilangan yang
mengakibatkan analisis dua sifat yang saling bebas disebut persilangan dihibrid.
Tipe persilangan ini menunjukan hukum kedua mendel, yaitu hukum perpasangan
bebas. Dalam persilangan dihibrid konvensional dua induk galur murni dikawinkan
untuk menghasilkan generasi F1. Hibrid F1 lalu
disilangkan untuk menghasilkan generasi F2
Hukum Mendell II dikenal dengan Hukum
Independent Assortment, menyatakan: “bila dua individu berbeda satu dengan yang
lain dalam dua pasang sifat atau lebih, maka diturunkannya sifat yang sepasang
itu tidak bergantung pada sifat pasangan lainnya”. Hukum ini berlaku untuk
persilangan dihibrid (dua sifat beda) atau lebih.

Gambar
2.1 Diagram
persilangan antara dua tanaman ercis dengan dua sifat beda.
1. Semidominansi
dalam dihibrid
Pada semidominansi (artinya
dominansi tidak nampak penuh,sehingga ada sifat intermediet) maka hasil
perkawinan monohibrid menghasilkan keturunan dengan perbandingan 1:2:1.
Tentunya mudah dimengerti bahwa pada semidominansi, perkawinan dihibrid akan
menghasilkan keturunan dengan perbandingan 1:2:1 X 1:2:1 = 1:2:1:2:4:2:1:2:1.
Contohnya tanaman bunga pukul empat ada yang
berdaun lebar (genotip LL) dan ada yang berdaun sempit (genotip ll). Sedangkan
yang berdaun sedang bersifat heterozigot (genotip Ll). Bunga nya ada yang
bewarna merah (genotip MM), ada yang putih (genotip mm) dan ada yang bewarna
merah jambu (genotip Mm) jika tanaman berdaun sempit bunga putih disilangkan
dengan tanaman homozigot berdaun lebar bunga merah maka tanaman F1 bersifat
intermediet berdaun sedang dan berbuah merah jambu tanam tanaman F2 akan
memperlihatkan 16 kombinasi dengan perbandingan
1:2:1:2:4:2:1:2:1
P ♀LLMM x ♂ llmm
Lebar-merah sempit-putih
Gamet
: LM gamet
: lm
F1 LlMm
Sedang-merah
jambu

|
|
|
|
|
|
|
LLMM
|
LLMm
|
LlMM
|
LlMm
|
||||
|
LLmm
|
LlMm
|
Llmm
|
||||
LlMM
|
LlMm
|
llMM
|
llMm
|
||||
|
Llmm
|
llMm
|
llmm
|
Fenotip
|
Genotip
|
Perbandingan
|
|
Genotip
|
Fenotip
|
||
Lebar-merah
|
LLMM
|
1
|
1
|
Lebar-merah
jambu
|
LLMm
|
2
|
2
|
Lebar-putih
|
LLmm
|
1
|
1
|
Sedang-merah
|
LlMM
|
2
|
2
|
Sedang-merah
jambu
|
LlMm
|
4
|
4
|
Sedang-putih
|
Llmm
|
2
|
2
|
Sempit-merah
|
IIMM
|
1
|
1
|
Sempit-merah
jambu
|
IIMm
|
2
|
2
|
Sempit-putih
|
IImm
|
1
|
1
|
Gambar
2.2 Diagram
perkawinan pada tanaman bunga pukul emat antara yang berdaun sempit-bunga putih
dengan homozigot berdaun lebar-bunga merah, dimana terdapat semidominasi.
2. Perkawinan
dihibrid pada hewan
Pada marmut misalnya, rambut hitam
(ditentukan oleh gen H ) adalah dominan terhadap rambut putih (ditentukan oleh
gen h). Rambut kasar (ditentukan oleh gen K) dominan pula terhadap rambut halus
(ditentukan oleh gen k). Cara menurun nya gen-gen tersebut sama dengan contoh
pada tanaman, sehingga dalam F2 akan didapatkan perbandingan 9 hitam
kasar : 3 hitam halus: 3 putih kasar: 1 putih halus.
3. Ujisilang
(“testcross”) pada dihibrid
Marilah
kita perhatikan kembali contoh pada tanaman ercis dengan sifat-sifatnya
mengenai bentuk dan warna biji. Seperti diketahui B= biji bulat, b=biji keriput,
K=biji kuning k=biji hijau.
Jika
tanaman berbiji bulat kuning homozigot (BBKK) disilangkan dengan tanamna
berbiji keriput hijau (bbkk), maka tanaman F1 merupakan dihibrid
berbiji bulat kuning. Pada waktu dilakukan uji silang pada tanaman dihibrid ini
didapatkan keturunan dengan perbandingan 1:1:1:1.
P
♀ BBKK x
♂ bbkk
Bulat-kuning keriput-hijau
F1
BbKk
Bulat-kuning
Uji
silang : ♀ BbKk x ♂
bbkk
Bulat-kuning keriput-hijau
Gamet ♀ : BK, Bk, bK,bk
F2
BbKk =
bulat-kuning (25%)
Bbkk = bulat-hijau (25%)
bbKk =
keriput-kuning (25%)
bbkk =
keriput-hijau (25%)
Gambar
2.3 Uji
silang (“testcross”) pada dihibrid (BbKk x bbkk) yang menghasilkan keturunan
dengan perbandingan 1:1:1:1.
4. Perhitungan
Matematika
Dari pelajaran
dimuka dapat disusun beberapa rumus untuk diterapkan pada berbagai kejadian,
seperti :
a.
Meramal
banyakanya macam gamet yang dapat dibentuk hibrid.
Untuk
tujuan ini digunakan rumus 2n.
Angkan
2 menunjukan bahwa pada setiap pasang alel akan terjadi dua macam gamet,
sedangkan n menunjukan jumlah pasangan alel atau banykanya sifat beda. Jadi :
1) Monohibrid (Aa) menghasilkan 2n
= 21 = 2 macam gamet (A dan a)
2) Dihibrid (AaBb) menghasilkan 2n =
22 = 4 macam gamet (AB,Ab,aB,ab)
b.
Meramal
banyaknya kombinasi dalam F2
Digunakan
rumus (2n)2. Jadi :
1) Monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan (2n)2
= (21)2 = 4 kombinasi ialah AA,Aa,Aa,aa
2) Dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan (2n)2
= (22)2 = 16 kombinasi
c.
Meramal
banyaknya fenotip dalam F2
Digunakan
rumus 2n jadi :
1) Monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan 2n
= 21 = 2 fenotip yang dinyatakan oleh A dan a.
2) Dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan 2n
= 22 = 4 fenotip yang dinyatakan oleh AB,Ab,aB,ab
d.
Meramal
banyaknya individu yang genotip dan fenotipnya persis hibridnya. Digunakan
rumus 2n. Jadi :
1) Monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan 2n
= 21 = 2 individu yang persis hibridnya, ialah Aa dan Aa
2) Dihibrib (AaBb x AaBb) menghasilkan 2n
= 22 = 4 individu yang persis hibridnya.
e.
Meramal
banyaknya individu yang homozigot
Digunakan
rumus 2n jadi
1) Monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan 2n
= 21 = 2 individu
homozigot, aialah AA, dan aa
2) Dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan 2n
= 22 = 4 individu homozigot.
f.
Meramal
banyaknya kombinasi baru yang homozigot
Digunakan
rumus 2n – 2 jadi
1) Monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan 0
kombinasi baru yang homozigot.
2) Dihibrid (AaBb x AaBb) mengahsilkan 2n
– 2 = 22 – 2 = 2 kombinasi baru yang homozigot yaitu AAbb dan
aaBB.
g.
Meramal
banyaknya macam genotip dalam F2
Digunakan
rumus 3n jadi
1) Monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan 3n
= 31 = 3 macam genotip ialah AA,Aa, dan aa.
2) Dihibrid (AaBb x AaBb) menghasilkan 3n
= 32 = 9 macam genotip ialah AABB, AABb, AaBB, AaBb,
AAbb,Aabb,aaBB,aaBb, dan aabb.
Banyaknya
sifat beda
|
Macamnya
gamet dari F1
|
Banyaknya
kombinasi dalam F2
|
Banyaknya
fenotip dalam F2
|
Banyaknya
kombinasi persis F1
|
Banyaknya
kombinasi homozigotik
|
Banyaknya
kombinasi baru yang homozigot.
|
Banyaknya
macam gen
Genotip
dalam
F2
|
1
2
3
4
n
|
2
4
8
16
2n
|
4
16
64
256
(2n)2
|
2
4
8
16
2n
|
2
4
8
16
2n
|
2
4
8
16
2n
|
0
2
6
14
2n
- 2
|
3
9
27
81
3n
|
Gambar
2.4
Hubungan antara banyaknya sifat beda, gamet, kombinasi F2, fenotip F2,
genotip F2 apabila terdapat dominansi.
C. Perkawinan
trihibrid
Pada
perkawinan ini diperhatikan tiga sifat berbeda. Contohnya pada tanaman ercis
terdapat tiga sifat beda yang masing-masing ditentukan oleh pasangan gen
sebagai berikut:
M= gen untuk warna merah
pada bunga
m= gen untuk warna putih pada bunga
K= gen untuk warna kuning
pada biji
k= gen untuk warna hijau
pada biji
B= gen untuk bentuk bulat
pada biji
b= gen untyuk bentuk
keriput pada biji
Jika
serbuk sari berasal dari tanaman berbunga putih, biji hijau keriput diberikan
pada putik dari tanaman homozigot berbunga merah, biji kuning bulat, maka
tanaman F1 berupa suatu trihibrid yang berbunga merah, biji kuning
bulat.
P MMKKBB x mmkkbb
Merah, kuning, bulat putih,
hijau, keriput
Gamet : MKB gamet
: mkb
F1 MmKkBb
Merah,
kuning, bulat
Gambar
3.1
Persilangan 3 sifat beda.
Sesuai
rumus dimuka, tanaman trihibrid ini akna
membentuk 2n = 23 = 8 macam gamet, yaitu:
--- Gamet betina :
MKB,MKb, MkB, mKB, Mkb, mKb, mkB, mkb
--- Gamet jantan : MKB,
MKb, MkB, mKB, Mkb, mKb, mkB, mkb
Apabila tanaman F1
itu mengadakan penyerbukan sendiri, maka menurut rumusnya akan menghasilkan F2
yang terdiri dari (2n)2 = (23)2 =
64 kombinasi. Perinciniannya sebagi berikut:
27 kombinasi MKB (merah,
kuning, bulat) ... memiliki 3 gen dominan

9
kombinasi MkB (merah, hijau, bulat) memiliki 2 gen
dominan
9 kombinasi mKB (putih,
kuning, bulat)

3
kombinasi mKb (putih, kuning, keriput) memiliki 1 gen dominan
3 kombinasi mkB (putih, hijau, bulat)

64 kombinasi
Jadi
perkawinan trihibrid menghasilkan keturunan dengan perbandingan
27:9:9:9:3:3:3:1.
Angka perbandingan ini
dapat juga ditulis sebagai berikut:






Dengan demikian, maka
dengan mudah kita dapat mengetahui bentuk berbandingan yang akan diperoleh
dalam keturunan dari perkawinan hibrid.
Sebagai contoh:
Berapa banyak kombinasi
akan diperoleh dalam keturunan dari perkawinan tetrahibriddan bagaimanakah
bentuk berbandingan dalam keturunan itu?
Jawabnya:
Suatu tertahibrid
mempunyai genotip misalnya AaBbCcDd. Perkawinan AaBbCcDd x AaBbCcDd akan
menghasilkan (2n)2 = (24)2 = 256
kombinasi dalam keturunan.
Untuk mencari
perbandingannya dapat ditempuh jalan sebagai berikut:
Menurut hukum segitiga
Paskal:




Jadi
perbandingan itu berbentuk sebagai berikut:
1x34 : 4x33 :
6x33 : 4x31 : 1x30 atau diuraikan menjadi 81:27:27:27:27:9:9:9:9:9:9:3:3:3:3:1.
D. Alel
Kodominan
Kadang –kadang sepasang alel dalam
keadaan heterozigot tidak menghasilkan sifat intermedier melainkan membentuk
sifat baru. Alel demikian disebut alel kodominan.
Contoh
: pada sapi luar negri shorthorn dikenal 3 warna, yaitu merah, coklat, dan
putih. Cara memberi tanda untuk alel kodominan berbeda dari biasanya ialah
sebagai berikut :
a.
Sapi
merah mempunyai genotip CRCR
b.
Sapi
coklat mempunyai genotip CRCW
c.
Sapi
putih mempunyai genotip CWCW
Warna
coklat bukanlah warna intemedier antara merah dan putih.
Perkawinan
dua ekor sapi coklat akan mengjasilkan keturunan yang memperlihatkan
perbandingan fenotip 1merah: 2 coklat:1putih
P ♀ CRCW x ♂CRCW
Sapi coklat sapi coklat
Gamet : CR, CW Gamet : CR, CW
F1
CRCR = Sapi merah
CRCW
= Sapi coklat
CRCW
= Sapi coklat
CWCW
= sapi putih
Gambar
4.1 Diagram
perkawinan pada sapi Shorthorn, dimana alel kodominan mengambil peranan.
Jia sapi jantan merah kawin dengan
sapi betina coklat, dihasilkan sapi F1 dengan perbandingan fenotip 1
merah:1 coklat. Bagaimanakah perkariaan kita mengenai keturunan F2 apabila
sapi-sapi F1 diberi kesempatan kawain secara bebas? Karena F1 Terdiri
dari sapi merah dan coklat, tentunya mudah dimengerti bahwa ada kemungkinan
empat macam perkawinan yaitu
1.
Sapi
jantan merah X sapi betina merah
2.
Sapi
jantan merah X sapi betina coklat
3.
Sapi
jantan coklat X sapi betina merah
4.
Sapi
jantan coklat X Sapi betina coklat
Jika semua kemungkinan itu dijumlah,
maka akhirnya dalam F2 akan didapatkan
keturunan dengan perbandinagn fenotip 9/16 merah : 6/16 coklat: 1/16 putih.
P ♀ CRCW x ♂ CRCR
Sapi coklat sapi
merah
Gamet : CR, CW Gamet
: CR
F1 CRCR
= Sapi merah
CRCW
= Sapi coklat
Macam Perkawinan
|
Banyaknya Perkawinan
|
Keturunan
F2
|
||
Merah
|
Coklat
|
Putih
|
||
Merah
x Merah
Merah
x Coklat
Coklat
x Coklat
|
1/4
1/2
1/4
|
¼
1/4
1/16
|
-
1/4
1/8
|
-
-
1/16
|
Jumlah
|
9/16
|
6/16
|
1/16
|
Gambar 4.2 Diagram perkawinan antara sapi jantan merah dengan sapi betina coklat,
jika sapi-sappi F1 dibiarkan kawin secara bebas, maka dalam F2
didapatkan keturunan dengan perbandingan 9:6:1.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Perkawinan
monohibrid adalah perkawinan dengan satu sifat beda, contohnya Aa. Dalam
perkawinan monohibrid terdapat juga dominasi, perkawinan monohibrid pada hewan,
perkawinan resiprok, perkawinan balik, uji silang dan sifat intermedier.
2.
Perkawinan
dihibrid adalah perkawinan dengan dua sifat beda. Dalam perkawinan dihibrid
terdapat juga semidominansi dalam dihibrid, perkawinan dihibrid pada hewan, uji
silang, dan perhitungan matematika.
3.
Perkawinan
trihibrid adalah perkawinan dengan tiga sifat beda.
4.
Alel
kodominan adalah sepasang alel dalam keadaan heterozigotik tidak menghasilkan
sifat intermedier, melainkan membentuk sifat baru.
DAFTAR
PUSTAKA
Stansfield, Wiliam. 2007. Genetika Edisi Keempat.
Jakarta:Erlangga.
Suryo. 1984. Genetika Strata 1. Yogyakarta:UGM.
Yuwono, Triwibowo. 2001. Biologi Molekuler. Jakarta:Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar